Bisnis.com, JAKARTA - Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad memberikan komentar kontroversial terkait dengan serangan di Basilika Notre Dame, Nice, Prancis, Kamis (29/10/2020) di laman Twitter resminya.
Dalam serangan tersebut, tiga orang tewas ditusuk oleh seorang pelaku pria berusia 21 tahun yang merupakan imigran Tunisia.
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menegaskan Muslim memiliki hak untuk "membunuh jutaan orang Prancis untuk pembantaian di masa lalu".
Mahathir memposting komentarnya ke blog dan Twitter-nya.
Mahathir, yang merupakan seorang pemimpin yang dihormati di dunia Muslim, mengatakan dia percaya pada kebebasan berekspresi tetapi kebebasan ini tidak boleh digunakan untuk menghina orang lain.
"Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu," tulis Mahathir di salah satu tweet, yang kemudian dihapus dari platform Twitter karena melanggar aturannya, menurut Al-Jazeerah.
Baca Juga
Dia melanjutkan: “Tapi pada umumnya, Muslim belum menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Muslim tidak. Orang Prancis tidak seharusnya."
“Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, Muslim memiliki hak untuk menghukum orang Prancis,” tulis Mahathir merujuk pada seorang pria yang memenggal kepala seorang guru bahasa Prancis awal bulan ini.
RESPECT OTHERS
— Dr Mahathir Mohamad (@chedetofficial) October 29, 2020
1. A teacher in France had his throat slit by an 18-year-old Chechen boy. The killer was angered by the teacher showing a caricature of Prophet Muhammad. The teacher intended to demonstrate freedom of expression.
Mahathir, yang mengundurkan diri dari masa jabatan keduanya sebagai perdana menteri Malaysia pada Maret lalu, mengatakan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak menunjukkan bahwa dia beradab. Mahathir pun menambahkan bahwa Macron "sangat primitif".
“Orang Prancis harus mengajari rakyatnya untuk menghormati perasaan orang lain,” katanya.
Di Prancis, Cedric O, seorang menteri junior yang bertanggung jawab atas industri digital dan komunikasi, mengatakan dia telah berbicara dengan direktur pelaksana Twitter di negara itu dan mendesak platform tersebut untuk menangguhkan akun Mahathir.