Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Partisipasi Pasar Tenaga Kerja Hambat Pemulihan Asia

Pasar tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang menjadikan pemulihan di kawasan ini harus menempuh jalan panjang dan sulit, meski ditopang proyeksi pertumbuhan China sebesar 1,9 persen tahun ini.
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan Asia untuk tahun ini menjadi -2,2 persen, turun 6 poin persentase dari perkiraan Juni lalu. Penurunan peringkat sebagian besar disebabkan oleh kontraksi yang lebih tajam di India, Filipina, dan Malaysia.

IMF juga menyebut partisipasi pasar tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang menjadikan pemulihan di kawasan ini harus menempuh jalan panjang dan sulit, meski ditopang proyeksi pertumbuhan China sebesar 1,9 persen tahun ini.

"Indikator pasar tenaga kerja semakin memburuk dibandingkan selama krisis keuangan global. Jumlah jam kerja menurun karena tingkat pekerjaan dan jam kerja per karyawan juga turun," kata IMF dalam laporan bertajuk Regional Economic Outlook Asia Pacific, Kamis (22/10/2020).

Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO belum lama ini mencatat di awal masa pandemi atau pada kuartal kedua 2020, penurunan jam kerja di Asia Pasifik diperkirakan mencapai 15,2 persen atau setara 265 juta pekerjaan purna waktu. Kemudian diperkirakan turun pada kuartal ketiga dan keempat masing-masing menjadi 10,7 persen (185 juta pekerjaan purna waktu) dan 7,3 persen (125 juta pekerjaan purna waktu).

Selain itu, partisipasi angkatan kerja terutama pada kelompok rentan seperti perempuan dan pekerja muda juga memperburuk kondisi. Konsekuensinya, jurang ketimpangan melebar dan koefisien gini meningkat.

Hal itu akan berimplikasi pada keberlanjutan pertumbuhan jangka menengah yang rendah, serta dapat memicu tensi sosial di negara-negara dengan ketimpangan tinggi sebelum pandemi.

"Pandemi Covid-19 kemungkinan akan meningkatkan ketimpangan lebih jauh dalam jangka menengah, kecuali jika kebijakan berhasil mengubah pola historis," ujar IMF.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper