Bisnis.com, JAKARTA — Robby Sumampow, pendiri Branta Mulia Grup, tutup usia di Singapura pada Minggu (11/10/2020), menyusul sejumlah kolega dan karibnya yang sudah terlebih dahulu berpulang.
Berkawan erat dengan salah satu legenda konglomerasi Orde Baru berjuluk Gang of Four, Ibrahim Risjad, Robby juga menjadi karib dari Jenderal Leonardus Benyamin Moerdani.
Ibrahim Risjad, yang pernah dinobatkan oleh majalah Forbes sebagai orang terkaya keempat di Indonesia dan menjadi salah satu pendiri PT Indocement hinga Bank Windu Kentjana, wafat pada 17 Februari 2012 di usianya yang ke-77.
Adapun, Benny Moerdani, tangankanan Presiden Soeharto yang kemudian tersingkirkan, berpulang pada 29 Agustus 2004 di usianya yang ke-71. Sementara itu, Robby meninggal dunia di Singapura pada Minggu (11/10/2020) di usianya yang ke-75.
Sebagai salah satu taipan kala itu dengan bendera Batara Indra Group, seperti dikutip dari buku Liem Sioe Liong's Salim Group, The Business Pillar of Suharto's Indonesia, yang ditulis Richard Borsuk dan Nancy Chng, Robby Sumampow dekat dengan konglomerasi bisnis Gang of Four, legenda konglomerasi era Orde Baru, yaitu Liem Sioe Liong (Sudono Salim), Sudwikatmono, Djuhar Sutanto, dan Ibrahim Risjad.
Secara intens, Robby Sumampow akrab dengan salah satu anggota Gang of Four, Ibrahim Risjad, sejak keduanya bermitra mendirikan PT Branta Mulia Tbk. (BRAM), perusahaan publik pemasok utama bahan penguat ban premium di kawasan Asia Tenggara pada 1981. Kelak, Branta Mulia berganti nama menjadi PT Indo Kordsa Tbk.
Baca Juga
Kemitraan antara Robby Sumampow dan Ibrahim Risjad di Indo Kordsa, emiten bersandi saham BRAM, tetap mesra hingga hampir 40 tahun kemudian.
Berdasarkan data RTI, komposisi kepemilikan saham Indo Kordsa, emiten dengan kapitalisasi pasar Rp1,89 triliun, yaitu Kordsa Teknik Tekstil AS sebanyak 61,59 persen atau 277,15 juta lembar saham, Robby Sumampow (23,92 persen), PT Risjadson Suryatama (5,61 persen), dan publik atau masyarakat sebanyak 8,88 persen.
PT Risjadson Suryatama tampaknya menjadi representasi dari Ibrahim Risjad.
Sebagai informasi, pada 1985, Robby membawa perseroan membuka pabrik kain ban pertamanya di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Selanjutnya kegiatan operasi secara komersil dimulai pada 1 April 1987.
Saham Perseroan juga mulai tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada 1990 dengan nama PT Branta Mulia Tbk.
Sejak saat itu, banyak pembaharuan dan peningkatan nilai yang dilakukan demi kepentingan pemangku kepentingan, antara lain, pada Oktober 1990, BRAM melakukan ekspansi dengan mendirikan perusahaan patungan yang diberi nama Thai Branta Mulia Co.Ltd., dan pada 1993, Perseroan membuka pabrik kain ban di Ayutthaya, Thailand.
Selanjutnya, BRAM mendirikan PT Branta Mulia Teijin Indonesia bekerja sama dengan Teijin Limited Jepang pada awal 1996 untuk memproduksi benang ban polyester, dan produksi komersial dimulai pada 1997 di Citeureup, Bogor, Jawa Barat.
Pada 1997, DuPont Chemical and Energy Operation Inc. mengakuisisi saham BRAM sebanyak 19,78 persen saham. Akuisisi tersebut memberi angin segar bagi Perseroan karena kerja sama tersebut menghasilkan aliansi strategis hingga Januari 2006.
Kerja sama tersebut berakhir pada 2006 ketika DuPont menjual seluruh sahamnya kepada beberapa pemegang saham pendiri PT Branta Mulia Tbk.
Pada 1999, perseroan sempat mencabut pencatatan sahamnya di Bursa Efek Surabaya (BES). Perseroan meningkatkan kepemilikan sahamnya di Thai Branta Mulia Co Ltd dari 49 persen menjadi 64,19 persen pada 2000.
Pada 2006, Kordsa Global AS, yang merupakan salah satu perusahaan dalam Turki Sabanci Holding Group, membeli 51,3 persen saham Perseroan. Sampai dengan 2018, Kordsa Global telah meningkatkan sahamnya menjadi 61,59 persen dan perseroan berganti nama menjadi PT Indo Kordsa Tbk.
Kepemilikan saham Perseroan di PT Indo Kordsa Teijin meningkat pada 2008 menjadi 99,90 persen dengan membeli saham yang dimiliki oleh Teijin Fibers Limited sehingga pada 2009, PT Indo Kordsa Teijin berganti nama menjadi PT Indo Kordsa Polyester (IKP).
Adapun, sepanjang 2020, harga saham BRAM sudah melorot 61,20 persen ke level Rp4.190 per saham, sedangkan dalam 3 tahun terakhir harga sahamnya amblas72,02 persen.
Adapun, kinerja keuangan PT Indo Kordsa Tbk. (BRAM), emiten yang sudah melantai sejak 30 tahun lalu dengan nama PT Branta Mulia Tbk., tengah tertatih-tatih di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Pasalnya, laba bersih BRAM pada semester I/2020 tercatat hanya sebesar US$411,80 ribu atau sekitar Rp6,07 miliar (asumsi kurs Jisdor BI Rp14.746 per dolar AS), turun 95,46 persen dari laba bersih pada periode sama tahun sebelumnya Rp133,8 miliar.
Adapun, pendapatan perseroan pada paruh pertama tahun ini tercatat US$75,58 juta atau sekitar Rp1,11 triliun, turun 38,67 persen dari Rp1,81 triliun pada semester I/2019.