Bisnis.com, JAKARTA - ByteDance Ltd. bersama dengan regulator Amerika Serikat tengah menyelesaikan permasalahan keamanan atas rencana penjualan saham aplikasi video musik TikTok.
Oracle Corp., yang memimpin tawaran untuk membeli saham di TikTok, juga masih mempertimbangkan persyaratan kesepakatan yang lebih detail.
Melansir Bloomberg, Jumat (2/10/2020) ByteDance sedang mendiskusikan proposal akhir dengan Komite Investasi Asing di AS, atau Cfius, badan pengatur yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan perjanjian usaha. Beberapa masalah masih belum terselesaikan, termasuk pertanyaan tentang keamanan data, kepemilikan China di TikTok Global baru dan kemungkinan dana pendidikan sebesar US$ 5 miliar.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan bahwa jika kesepakatan tidak dilakukan sebelum 12 November, TikTok akan ditutup di AS, tetapi ada kemungkinan tenggat waktu dapat diubah jika negosiasi masih berlangsung hingga bulan depan.
Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, proses akuisisi berjalan lambat sebagian karena banyaknya rincian yang perlu diselesaikan. Terlebih lagi, nasib TikTok Global telah merosot lebih rendah dalam daftar prioritas untuk presiden, yang berusaha memenangkan persetujuan untuk hakim Mahkamah Agung yang baru dan fokus pada kampanyenya untuk pemilihan ulang.
Seorang perwakilan dari TikTok menolak berkomentar. Begitu juga Oracle.Sementara Cfius tidak mengonfirmasi, menyangkal, atau mengomentari hal tersebut.
Baca Juga
TikTok dipaksa untuk memulai pembicaraan kesepakatan atas larangan yang dikeluarkan Trump pada bulan Agustus dengan alasan bahwa ByteDance menimbulkan risiko keamanan nasional. Sehingga mendorong konfrontasi antara AS dan China.
ByteDance melawan perintah administrasi AS sambil mencoba mendorong kesepakatan. Seorang hakim federal untuk sementara memblokir usulan larangan Gedung Putih terhadap TikTok dari toko aplikasi AS pada 27 September. Pihaknya mengklaim pemerintahan Trump melangkahi otoritasnya dalam menuntut pencabutan.
Kesepakatan di atas meja terwujud bulan lalu dan menyerukan Oracle dan Walmart Inc. untuk mengambil saham minoritas di TikTok Global, dan empat dari lima anggota dewan perusahaan menjadi warga negara AS. Proposal itu menang atas tawaran dari Microsoft Corp. untuk membeli aset TikTok AS secara langsung.
Di bawah rencana yang sedang dibahas, semua suara dewan akan memiliki bobot yang sama. Artinya, tidak ada anggota dewan tunggal yang akan memiliki pengaruh lebih besar daripada yang lain.
Walmart mengatakan Chief Executive Officer Doug McMillon akan mengambil salah satu kursi dewan tersebut. Raksasa ritel kemungkinan memiliki peran yang lebih aktif dalam produk dan fitur TikTok daripada beberapa investor lain.
Walmart telah menggembar-gemborkan "perjanjian komersial" dengan TikTok, dan kedua belah pihak sedang mendiskusikan cara mengintegrasikan fitur Walmart dan TikTok ke dalam aplikasi masing-masing. Kendati begitu, Walmart menolak berkomentar tentang diskusi terbaru.
Oracle, sementara itu, tidak diharapkan untuk mengambil kursi dewan. Peran pembuat perangkat lunak lebih spesifik untuk penyimpanan data dan keamanan TikTok, tetapi perusahaan tidak diharapkan memiliki peran dalam bisnis sehari-hari atau operasi produk perusahaan.
Namun, beberapa aspek paling dasar dari kesepakatan itu tampaknya masih belum diputuskan. Sementara Oracle dan Walmart mengatakan mereka akan mengambil 20 persen saham gabungan di entitas TikTok yang baru.
Trump dan Oracle sama-sama menegaskan bahwa kesepakatan tidak akan bergerak maju jika perusahaan yang dihasilkan memiliki keterlibatan dengan China. ByteDance, sementara itu, mengatakan berencana untuk memegang 80 persen saham di perusahaan baru tersebut, dan terdapat indikasi bahwa pemerintah China hanya akan menyetujui kesepakatan jika ByteDance mempertahankan saham mayoritas.