Bisnis.com, JAKARTA - Pertempuran sengit antara Armenia dan Azerbaijan memasuki hari kedua. Puluhan orang menjadi korban dalam konflik di wilayah Eropa Tenggara tersebut.
Sedikitnya 80 orang tewas dalam pertempuran hingga Senin malam. Perseteruan dua negara pecahan Uni Soviet ini dipicu perselisihan tentang kendali atas wilayah pegunungan tersebut sebagaimana dilaporkan pihak berwenang di Nagorno-Karabakh.
Dari 80 korban tewas tersebut terdapat 26 prajurit yang berasal dari Nagorno-Karabakh, demikian dikutip BBC.com, Selasa (29/9/2020).
Sejumlah negara khawatir pertempuran terbaru dapat meluas ke wilayah tersebut dan menarik kekuatan tetangga, termasuk Turki, Rusia, dan Iran.
Mereka juga ingin menjaga stabilitas karena pipa gas dan minyak utama mengalir melalui daerah tersebut.
Pertempuran sengit terbaru dimulai pada hari Minggu ketika pasukan Armenia dan Azerbaijan saling menyalahkan atas eskalasi serangan.
Baca Juga
Kedua pihak menyatakan bahwa mereka telah memobilisasi lebih banyak tentara dan mengumumkan darurat militer di beberapa daerah.
Pertempuran itu adalah yang terparah dalam konflik sejak 2016 ketika sedikitnya 200 orang tewas dalam sebuah bentrokan.
Sementara itu, Turki telah menyatakan dukungannya untuk Azerbaijan.
Rusia yang memiliki pangkalan militer di Armenia, namun juga bersahabat dengan Azerbaijan, menyerukan gencatan senjata dengan segera.
Pihak Armenia menuduh Turki memberikan dukungan militer langsung untuk membantu Azerbaijan menguasai wilayah itu. Akan tetapi klaim itu dibantah pihak Azerbaijan.