Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia meminta Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency /IAEA) beradaptasi terhadap keterbatasan mobilitas saat ini dan menjamin keamanan nuklir global.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam General Conference (GC) ke-64 IAEA di Wina, Austria, Senin (21/9/2020).
Dalam pernyataan nasionalnya, dia meminta IAEA agar tetap berkontribusi pada masa pandemi Covid-19. Menlu Retno menyampaikan tiga poin penting.
Pertama, IAEA harus terus menjamin keamanan dan keselamatan nuklir global, termasuk beradaptasi dalam melakukan inspeksi di tengah keterbatasan mobilitas saat ini.
"Kedua, IAEA harus terus memberikan manfaat kepada negara anggota dengan pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai, melalui program kerja sama teknis," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers.
Indonesia mendukung pemberian manfaat ini untuk memajukan negara berkembang dan kerja sama selatan-selatan. Indonesia juga mendukung inisiatif IAEA untuk memberantas sampah plastik.
Baca Juga
Ketiga, Indonesia memberikan apresiasi atas bantuan IAEA kepada negara anggota selama pandemi, termasuk mendukung upaya IAEA mengembangkan mekanisme monitoring, deteksi, dan kontrol terhadap kemunculan zoonotic disease (penyakit yang ditularkan melalui perantaraan hewan, bakteri, dan/atau virus).
Wakil Tetap RI di Wina Darmansjah Djumala hadir dalam pertemuan tersebut sekaligus sebagai salah satu Vice President Pertemuan ini. Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Anhar Riza Antariksawan dan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Jazi Eko Istiyanto, serta delegasi dari kementerian/lembaga terkait mengikuti persidangan secara virtual dari Jakarta.
Pertemuan konferensi umum tahun ini dilaksanakan di tengah situasi pandemi sehingga pengaturan dan pembatasan diberlakukan, termasuk pembatasan jumlah delegasi dalam ruang pertemuan. Penyampaian pernyataan nasional oleh para Menteri dari lebih dari 60 negara dilakukan melalui video.
GC IAEA dilaksanakan pada 21-25 September 2020. GC merupakan konferensi tahunan di Markas PBB Wina sejak 1956 yang diselenggarakan bagi negara-negara anggota IAEA untuk menentukan arah kebijakan IAEA dalam menjamin penggunaan energi dan teknologi nuklir semata-mata untuk tujuan damai.