Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tensi Memanas, Investasi Gabungan AS-China Merosot

Investasi gabungan langsung dan modal ventura antara kedua negara mencapai US$10,9 miliar pada semester pertama 2020, level terendah sejak paruh kedua 2011.
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden China Xi Jinping saat bertemu di KTT G20 di Hamburg, Jerman, pada 8 Juli 2017./Reuters-Saul Loeb
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden China Xi Jinping saat bertemu di KTT G20 di Hamburg, Jerman, pada 8 Juli 2017./Reuters-Saul Loeb

Bisnis.com, JAKARTA - Investasi dua arah antara AS dan China merosot ke level terendah dalam hampir sembilan tahun selama paruh pertama 2020. Kondisi ini tak lepas dari hubungan dua negara yang memburuk ke situasi terparah dalam beberapa dekade.

Investasi gabungan langsung dan modal ventura antara kedua negara mencapai US$10,9 miliar pada semester pertama 2020. Menurut analisis Proyek Investasi AS-China, nilai tersebut merupakan level terendah sejak paruh kedua 2011. Jumlahnya akan lebih rendah jika bukan karena akuisisi besar-besaran di AS yang dipindahkan dari tahun lalu.

Investasi langsung China yang diselesaikan di AS meningkat menjadi US$4,7 miliar dalam enam bulan pertama, dari US$3,4 miliar pada tahun sebelumnya. Angka tahun ini didorong oleh pembelian saham minoritas Tencent Holdings Ltd. senilai US$3,4 miliar di Universal Music Group Inc. Secara keseluruhan transaksi tetap rendah karena AS memberlakukan kontrol yang lebih ketat pada investasi China, terutama dalam teknologi.

Adapun investasi langsung AS di China turun 31 persen menjadi US$4,1 miliar, sebuah tren yang tidak mungkin berbalik dalam waktu dekat. Namun, investasi AS pada sektor jasa keuangan adalah salah satu area yang memiliki pertumbuhan signifikan, karena perusahaan seperti JPMorgan Chase & Co., Morgan Stanley dan Goldman Sachs Group Inc. ingin mengambil kendali atas usaha patungan di China daratan.

Penurunan arus investasi ini menyusul Presiden AS Donald Trump yang menjadikan hubungan dengan China sebagai bantalan kampanye Pilpres pada November mendatang.

"Sejauh ini, tanggapan China terhadap kebijakan AS yang lebih agresif telah ditahan, tetapi investor AS dapat menghadapi reaksi balik jika hubungan terus memburuk," tulis laporan itu, dilansir Bloomberg, Kamis (17/9/2020).

Laporan itu memperingatkan, sanksi AS terhadap aplikasi video TikTok dengan alasan keamanan nasional bisa menjadi awal dari tren penurunan lebih lanjut.

"Banyak perusahaan lain, baik perusahaan China yang beroperasi di AS dan perusahaan AS di China, dapat menghadapi tekanan untuk divestasi," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper