Fakta Klaster Keluarga
Analis dan Penulis @pandemictalks Firdza Radiany menyebutkan bahwa dari data yang dihimpun ternyata kemunculan klaster keluarga cukup banyak dan signifikan.
“Di Bogor ada 48 keluarga dengan 189 kasus. Paling parah di Bekasi 155 keluarga dan 437 orang. Yogyakarta ada 9 klaster dan 13 kasus, Malang 10 klaster dan 35 kasus, dan Semarang 8 klaster dengan 10 kasus,” jelasnya, Senin (7/9/2020).
Firdza menyimpulkan bahwa klaster keluarga terjadi ketika anggota keluarga beraktivitas di luar rumah dan terpapar Virus Corona, lalu menularkan anggota keluarga lainnya, sehingga seluruh anggotanya terkena Covid-19.
“Ini berbahaya karena setelah klaster kantor akhirnya masuk ke keluarga. Padahal, keluarga ini unit sosial kecil. Dengan kultur Indonesia yang suka berkunjung dan silaturahmi ke rumah warga bisa mempercepat klaster antar-rumah. Hal ini diperburuk karena warga menolak swab karena stigma takut dikucilkan,” terangnya.
Beberapa faktor yang membuat kemunculan klaster keluarga makin masif, karena orangtua membiarkan anak bermain bersama di dalam kompleks sehingga anak bisa menjadi pembawa virus.
Kemudian, warga masih sering berkumpul seperti silaturahmi, acara keluarga, arisan, mudik, atau olahraga bersama. Selain itu, banyak pula warga yang masih piknik ke zona merah.
Selain melakukan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak), Firdza menyebut perlu juga ada gerakan VDJ (ventilasi, durasi, dan jarak) untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 di dalam rumah.
Pastikan ventilasi dan pertukaran udara di rumah lancar. Kemudian, batasi durasi bertemu dengan orang lain kalau memang benar-benar harus bertatap muka. Selanjutnya, beri jarak, terutama kalau ada anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah.
“Kalau memungkinkan tetap terapkan social distancing dan tetap pakai masker di dalam rumah,” imbuhnya.