Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesehatan versus Ekonomi, Ini Kata Presiden Jokowi

Klaster keluarga makin masif, karena orangtua membiarkan anak bermain bersama di dalam kompleks sehingga anak bisa menjadi pembawa virus.
Peti mati berisi replika jenazah korban Covid-19 di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, Sabtu (5/9/2020). Pemerintah terus berupaya melakukan kampanye peringatan bahaya Covid-19 bagi masyarakat guna menekan angka positif dan kematian akibat virus tersebut. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras.rnrn
Peti mati berisi replika jenazah korban Covid-19 di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, Sabtu (5/9/2020). Pemerintah terus berupaya melakukan kampanye peringatan bahaya Covid-19 bagi masyarakat guna menekan angka positif dan kematian akibat virus tersebut. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras.rnrn

Fakta Klaster Keluarga

Analis dan Penulis @pandemictalks Firdza Radiany menyebutkan bahwa dari data yang dihimpun ternyata kemunculan klaster keluarga cukup banyak dan signifikan.

“Di Bogor ada 48 keluarga dengan 189 kasus. Paling parah di Bekasi 155 keluarga dan 437 orang. Yogyakarta ada 9 klaster dan 13 kasus, Malang 10 klaster dan 35 kasus, dan Semarang 8 klaster dengan 10 kasus,” jelasnya, Senin (7/9/2020).

 Firdza menyimpulkan bahwa klaster keluarga terjadi ketika anggota keluarga beraktivitas di luar rumah dan terpapar Virus Corona, lalu menularkan anggota keluarga lainnya, sehingga seluruh anggotanya terkena Covid-19.

“Ini berbahaya karena setelah klaster kantor akhirnya masuk ke keluarga. Padahal, keluarga ini unit sosial kecil. Dengan kultur Indonesia yang suka berkunjung dan silaturahmi ke rumah warga bisa mempercepat klaster antar-rumah. Hal ini diperburuk karena warga menolak swab karena stigma takut dikucilkan,” terangnya.

Beberapa faktor yang membuat kemunculan klaster keluarga makin masif, karena orangtua membiarkan anak bermain bersama di dalam kompleks sehingga anak bisa menjadi pembawa virus.

 Kemudian, warga masih sering berkumpul seperti silaturahmi, acara keluarga, arisan, mudik, atau olahraga bersama. Selain itu, banyak pula warga yang masih piknik ke zona merah.

Selain melakukan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak), Firdza menyebut perlu juga ada gerakan VDJ (ventilasi, durasi, dan jarak) untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 di dalam rumah.

Pastikan ventilasi dan pertukaran udara di rumah lancar. Kemudian, batasi durasi bertemu dengan orang lain kalau memang benar-benar harus bertatap muka. Selanjutnya, beri jarak, terutama kalau ada anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah.

“Kalau memungkinkan tetap terapkan social distancing dan tetap pakai masker di dalam rumah,” imbuhnya.

 

 

Halaman Sebelumnya
Waspada 3 Klaster

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper