Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menggelar angkatan kedua sekolah demokrasi untuk memperkuat sendi bernegara.
Wijayanto, Direktur Pusat Media dan Demokrasi LP3ES mengatakan Indonesia telah menasbihkan diri sebagai negara demokrasi namun sering dilihat hanya bersifat prosedural. Karena itu, dibutuhkan upaya-upaya pencerdasan kepada masyarakat luas sehingga demokrasi di Indonesia menjadi lebih substansial.
“Orang parlemen melihat dari perspektif mereka. Akademisi juga melihat dari perspektif teoritik akademik. Butuh komunikasi yang setara dengan dialog supaya mengerti perspektif satu sama lain,” ujar Wijayanto, dalam sambutan pembukaan Sekolah Demokrasi, Minggu (16/8/2020).
Sekolah Demokrasi LP3ES angkatan kedua mengusung tema mengenai demokrasi, pembangunan ekonomi serta pemerintah daerah, yang merupakan buah dari kerja sama dengan Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah.
“Sekolah ini adalah miniatur Indonesia, karena tersebar dari ujung sampai ke ujung dan beragam latar belakang profesi. Mereka akan terlibat dalam kelas secara intensif selama dua minggu yang diselenggarakan secara virutal mengingat kondisi saat ini yang masih dilanda pandemi,” ucapnya.
Dalam angkatan dua ini didorong dialog para aktor politik yang saat ini menjadi wakil rakyat di parlemen, akademisi, mahasiswa, masyarakat sipil, dengan memperhatikan latar belakang wilayah serta gender.
Angkatan kedua sekolah demokrasi memiliki 40 peserta. Panitia mencatat pendaftar mencapai 166 orang.
Fajar Nursahid Direktur Eksekutif LP3ES mengatakan demokrasi bukan hanya soal pemilu yang prosedural. Saat ini Pemilu masih memiliki banyak celah kelemahan.
“Kami ingin ciptakan investasi SDM yang diharapkan bisa mewarnai proses demokrasi ini. Kami sadar, demokrasi yang baik hanya bisa dibangun oleh SDM yang baik,” terangnya.