Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cerita Pandemi Corona dari Negeri Kim Jong-un

Cerita Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK) atau Korea Utara, Berlian Napitulu menjalankan tugas negara di tengah situasi pandemi dan keterbatasan gerak.
Indonesia secara resmi mengakhiri keketuaan Komite ASEAN di Pyongyang/ASEAN Committee in Pyongyang (ACP) melalui serah terima dari Duta Besar RI untuk Korea Utara Berlian Napitupulu (kiri) kepada Ketua ACP yang baru, Duta Besar Vietnam untuk Korea Utara Le Ba Vinh (kanan) pada 26 Juni 2020./Kemenlu
Indonesia secara resmi mengakhiri keketuaan Komite ASEAN di Pyongyang/ASEAN Committee in Pyongyang (ACP) melalui serah terima dari Duta Besar RI untuk Korea Utara Berlian Napitupulu (kiri) kepada Ketua ACP yang baru, Duta Besar Vietnam untuk Korea Utara Le Ba Vinh (kanan) pada 26 Juni 2020./Kemenlu
 
Bisnis.com, JAKARTA - Sudah enam bulan sejak perbatasan Korea Utara ditutup karena pandemi pada akhir Januari lalu, Berlian Napitupulu tidak bertemu keluarga.
Di bawah protokol State Emergency Anti-epidemi System oleh pemerintah Repulik Rakyat Demokratik Korea (RRDK), arus keluar masuk orang menjadi terbatas. 

Duta Besar RI untuk RRDK itu bahkan juga belum dibolehkan mengunjungi kantor mitra kerja dan tempat-tempat umum seperti lapangan olahraga, museum dan objek wisata.
Pertemuan fisik dengan pejabat, pengusaha dan mitra kerja setempat belum bisa dilakukan. Demikian juga dengan kunjungan dan pertemuan di luar kota Pyongyang dan di luar negeri.  

Tiga orang staf KBRI Pyongyang yang mengikuti rapat kerja di Jakarta pada Januari 2020 tidak dapat kembali karena perbatasan ditutup dan tidak ada penerbangan. Sementara tiga orang staf yang selesai tugasnya, pulang tanpa pengganti.

"Pandemi Covid-19 ini telah mengubah segalanya," kata Berlian kepada Bisnis belum lama ini. 

Sementara itu, setelah melaporkan kasus pertamanya, pemerintah menutup perbatasan Kota Kaesong sejak 24 Juli 2020. Setiap distrik di Kota Kaesong diisolasi.
Semua penduduk yang berhubungan dengan terduga dan yang mengunjungi kota tersebut dalam lima hari setelah kejadian itu ditelusuri, diperiksa kesehatannya dan dikarantina.

Sejak 25 Juli 2020, status pencegahan epidemi dari State Emergency Anti-epidemi System menjadi the Maximum Emergency System. Namun demikian, kehidupan masyarakat di Pyongyang masih berjalan normal dan belum ada perubahan signifikan.
Pasar dan beberapa pusat perbelanjaan masih dapat dikunjungi dengan protokol kesehatan yang lebih ketat, tetapi beberapa tempat umum masih ditutup.

Sejak penerapan the Maximum Emergency System, beberapa tempat umum yang semula dibuka, kembali ditutup, perjalanan keluar kota dilarang, kegiatan yang mengumpulkan orang banyak dilarang, piknik hanya dalam kota dan dibatasi hanya 4 sampai 5 orang.

Kebijakan State Emergency Anti-epidemi System antara lain meliputi isolasi kalangan diplomatik dan orang asing selama satu bulan pada akhir Januari 2020 sampai awal Maret 2020; setiap orang termasuk orang asing yang masuk Korea Utara sejak 13 Januari dikarantina selama Februari; semua orang harus menggunakan masker ketika berada di luar rumah dan saat berada di dalam kendaraan serta social distancing.

Bahkan selama Februari semua orang asing sempat dilarang mengunjungi tempat publik di luar kompleks diplomatik. Setiap orang yang mengunjungi tempat publik seperti toko, restoran dan pasar harus menggunakan hand sanitizer yang disediakan dan diperiksa suhu tubuhnya.

Dalam bidang ekonomi, perbatasan yang ditutup memukul aktivitas perputaran uang di masyarakat. Sejak perbatasan ditutup, ekspor-impor menurun sangat drastis. Suplai barang terutama impor sangat terbatas karena perbatasan dibuka selektif hanya pada waktu tertentu dan harus menjalani karantina selama 14 hingga 30 hari.

Begitu pula dengan arus perdagangan Korea Utara dan Indonesia yang sangat terganggu karena penutupan perbatasan itu. Dia mengatakan pada dasarnya ada peluang ekspor produk Indonesia terutama consumer products di Korea Utara mengingat penduduk setempat menyukai produk Nusantara karena kualitas yang baik dan harganya terjangkau.

Di tengah segala keterbatasan karena pandemi di negara paling tertutup di dunia itu, Berlian berupaya tetap menjalankan roda diplomasi dengan memajang sebanyak 178 produk Nusantara di Indonesian Product Showcase yang dibangun tahun lalu.

"Perbatasan ditutup dan tidak ada penerbangan serta adanya sanksi ekonomi, maka ekspor-impor sangat terkendala," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper