Bisnis.com, JAKARTA - Dua warga negara China didakwa lantaran berupaya mencuri riset vaksin virus Corona (Covid-19) dan membajak ratusan perusahaan dari Amerika Serikat dan negara lainnya.
Asisten Pengacara Umum Departemen Kehakiman AS John Demers menyampaikan tuduhan terhadap Li Xiaoyu (34) dan Dong Jiazhi (33) yang juga diduga menargetkan aktivis HAM di AS, China, dan Hong Kong.
Kedua orang yang diyakini berlokasi di China tersebut dituduh bertindak untuk keuntungan sendiri dan di pihak lain untuk kepentingan Kementerian Keamanan Negara China.
Surat dakwaan telah dikembalikan oleh juri di distrik Washington bagian timur pada 7 Juli, tetapi baru diungkapkan pada Selasa (21/7/2020).
"China sekarang telah [bergabung] bersama Rusia, Iran, Korea Utara, negara-negara memalukan yang memberikan tempat aman bagi kriminal siber," kata Demers dikutip dari The Guardian, Rabu (22/7/2020).
Kedua terdakwa disebut-sebut merupakan kawan sekelas di sebuah perguruan tinggi teknik elektro di Chengdu. Keduanya diduga telah melakukan pembajakan selama 10 tahun.
Baca Juga
Negara-negara yang menjadi targetnya di antaranya AS, Australia, Belgia, Jerman, Jepang, Lithuania, Belanda, Spanyol, Korea Selatan, Swedia, dan Inggris.
Sektor manufaktur yang dibidik di antaranya alat kesehatan, teknik sipil, bisnis, pendidikan, software game, energi tenaga surya, farmasi, dan pertahanan.
Keduanya dituduh meretas kode sumber dari perusahaan perangkat lunak, informasi obat-obatan yang sedang dikembangkan perusahaan farmasi, dan desain senjata.
"Baru-baru ini para terdakwa memeriksa kerentanan dalam jaringan komputer perusahaan yang mengembangkan vaksin Covid-19, teknologi pengujian, dan pengobatan," ungkapnya.
Menurut surat dakwaan tersebut, Li dan Dong dicurigai memasok kata sandi akun email pribadi milik orang-orang yang melawan pemerintah China untuk dilaporkan ke Kementerian Keamanan Negara, termasuk di Hong Kong.
Duta Besar China untuk Inggris Lu Xiaoming merespons bahwa tuduhan AS tidak berdasar.
"Tuduhan semacam itu merupakan penghinaan bagi para ilmuwan China dan pencapaian mereka. Mereka juga dapat merusak kerja sama internasional dalam litbang. Dunia harus menentang klaim tidak berdasar itu," katanya dalam akun Twitter-nya.
China menganggap AS telah menghina Beijing setelah tuduhan pembajakan untuk mencuri penelitian soal Covid-19.
Di lain sisi, South China Morning Post melaporkan Presiden Donald Trump justru mengiyakan minat kerja sama pengembangan vaksin bersama China.
"Kami akan bekerja sama dengan siapapun yang bisa memberikan kami hasil yang bagus," katanya.
Pernyataannya tentang vaksin diungkapkan sehari setelah vaksin Covid-19 yang dikembangkan CanSino Biologics asal China menunjukkan hasil yang menjanjikan lantaran aman dan menginduksi respons imun pada sebagian besar subjek pengujian.