Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Relokasi Pabrik dari China, Jepang Bakal Mulai Bayar US$536 juta

Program tersebut merupakan bagian dari komitmen Jepang untuk mengamankan rantai pasokan dan mengurangi ketergantungan terhadap manufaktur China.
Aktivitas di pabrik mobil Toyota di Jepang. ANTARA/Toyota
Aktivitas di pabrik mobil Toyota di Jepang. ANTARA/Toyota

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Jepang mulai membayar perusahaan-perusahaan yang memindahkan pabriknya keluar dari China ke Jepang atau ke Asia Tenggara.

Program tersebut merupakan bagian dari komitmen Jepang untuk mengamankan rantai pasokan dan mengurangi ketergantungan terhadap manufaktur China.

Berdasarkan keterangan Kementerian Perekonomian, Perdagangan, dan Industri Jepang, dilansir Bloomberg, Minggu (19/7/2020), 57 perusahaan termasuk Iris Ohyama Inc. dan Sharp Corp. akan mendapatkan dana senilai 57,4 miliar yen (US$536 juta) dari pemerintah.

Sekitar 30 perusahaan lainnya juga mendapatkan dana dari pemerintah untuk memindahkan perusahaannya ke Vietnam, Myanmar, Thailand, dan negara lainnya di Asia Tenggara.

Seperti dilaporkan Nikkei, pemerintah akan membayarkan sekitar 70 miliar yen pada tahap ini. Dana tersebut berasal dari program untuk mengurangi ketergantungan Jepang terhadap China yang diumumkan pada April lalu.

Ketika relasi China dengan Amerika Serikat (AS) memburuk sehingga berujung pada perang dagang, sejumlah wacana mengenai bagaimana AS dan negara-negara lainnya bisa mengurangi ketergantungannya denga China.

Keputusan Jepang serupa dengan kebijakan Taiwan pada 2019 yang berkomitmen membawa pulang komitmen investasi dari China ke Taiwan. Sejauh ini, belum ada negara lain yang mengadopsi kebijakan semacam ini selain Jepang dan Taiwan.

China merupakan mitra dagang terbesar dan banyak perusahaan Jepang yang berinvestasi di Negeri Tirai Bambu tersebut. Wabah Covid-19 telah merusak hubungan ekonomi Antara Jepang dengan China.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan China, setelah adanya sentiment anti Jepang pada 2012. Tetapi, usahanya gagal ketika pandemi virus corona melanda dan konflik perbatasan yang terus terjadi.  

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper