Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Musim Kemarau Sudah Menjangkau 64 Persen Wilayah Indonesia

Berdasarkan data atau peta pos hujan, daerah Jawa Barat, Bali, hingga Nusa Tenggara sudah 21 hari, bahkan 1 bulan tidak mengalami hujan.
Newswire
Newswire - Bisnis.com 19 Juli 2020  |  16:37 WIB
Musim Kemarau Sudah Menjangkau 64 Persen Wilayah Indonesia
Warga beraktivitas di Wasuk Gajah Mungkur di desa Tegalharjo, Eromoko, Wonogori pada Rabu 25 Juli 2018. Saat musim kemarau air waduk mulain menyusut dan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. - Bisnis/Sunaryo Haryo Bayu

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengungkapkan bahwa berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada akhir Juni 2020 sebanyak 64 persen wilayah di Indonesia sudah memasuki musim kemarau.

"Jadi, masih ada 36 persen wilayah kita yang musim hujan," kata Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari saat konferensi video, Minggu (19/7/2020).

Wilayah-wilayah yang berada pada musim hujan tersebut, masih berpotensi mengalami curah hujan yang tinggi. Hal itu termasuk pula pada daerah-daerah yang belum teridentifikasi musim kemaraunya.

Hasil evaluasi tersebut, kata dia, sejalan dengan titik pengamatan di permukaan yang dinamakan pos hujan. Berdasarkan data atau peta pos hujan, daerah Jawa Barat, Bali, hingga Nusa Tenggara sudah 21 hari, bahkan 1 bulan tidak mengalami hujan. "Bahkan, ada satu titik di Kupang sudah 70 hari tidak turun hujan."

Terkait dengan curah hujan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, yang baru saja dilanda banjir bandang, BMKG melihat curah hujan cukup tinggi di daerah tersebut hampir sepanjang tahun.

"Hampir sepanjang tahun curah hujannya di atas 50 milimeter dan puncak hujan di daerah Kecamatan Masamba, yaitu akhir Maret dan Juni," ujarnya.

Berdasarkan titik pengamatan di permukaan, menurut Indra, curah hujan di Kabupaten Luwu Utara pada 13 Juli atau pada saat terjadi banjir badang sebenarnya tidak tinggi dan berada di kriteria rendah, yaitu di bawah 50 milimeter selama 10 hari.

Curah hujan sebelumnya, tepatnya 12 Juli, tergolong tinggi, yaitu di atas 50 milimeter dalam 10 hari sehingga banjir bandang tersebut tidak hanya disebabkan oleh curah hujan pada 13 Juli, tetapi akumulasi dari hari sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

BMKG kemarau

Sumber : Antara

Editor : Zufrizal

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top