Bisnis.com, JAKARTA - Kementrian Pertahanan (Kemhan) mendorong industri pertahanan mengembangkan fasilitas kesehatan inovatif untuk membantu pemerintah melawan pandemi Covid-19.
Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono mengunjungi fasilitas manufaktur Biosafety Level milik Pindad di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (16/7/2020). Dalam lawatan itu, dia mengatakan bahwa memperkuat inovasi alat kesehatan menjadi salah satu prioritas pemerintah saat ini.
"Khususnya Kementrian Pertahanan dalam melawan pandemi. Kita ingin punya Faskes yang mumpuni dan hasil produksi industri pertahanan dalam negeri sesuai arahan Pak Presiden Jokowi," katanya melalui keterangan resmi, Kamis (16/7/2020).
Wamenhan dalam kunjungan itu melihat langsung prototipe lab BSL (Bio Safety Level) 2+ yang dilengkapi lengkap dengan ruang positif pressure dan ruang isolasi. Prototipe itu juga memiliki peralatan PCR test, dan BSC untuk sampel dan hasil uji.
Bio Safety Level atau level keselamatan biologi adalah level atau tingkatan keselamatan yang diperlukan untuk penanganan agen biologi.
Adapun, keselamatan biologi level 2+ atau level 3 ditujukan bagi fasilitas klinis, diagnostik, riset atau produksi yang berhubungan dengan agen-agen eksotik yang dapat mengakibatkan potensi terkena penyakit berbahaya. Kategori keselamatan biologi level 3 antara lain: Anthrax, HIV, SARS, Tubercolosis, virus cacar, thypus dan avian influenza.
Baca Juga
"Lab BSL 2+ ini merupakan terobosan yang sangat baik dalam rangka untuk mendorong mewujudkan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan. Hal yang harus diperhatikan adalah tingkat kandungan dalam negeri ditingkatkan terus. Sesuai instruksi Pak Presiden, harus diprioritaskan pengembangan ekosistem dalam negeri," terangnya.
Dia berharap, inovasi Bus Mobile Laboratorium BSL 2+ yang dibuat Pindad itu bisa membantu memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan mempercepat waktu pemeriksaan pasien dengan tes PCR.
“Pelaksanaan PCR test itu membutuhkan sarana laboratorium untuk melaksanakan testing dan tracing terutama daerah yang menjadi episentrum. Kehadiran Mobile Lab BSL 2+ ini akan bisa menjawab tantangan kecepatan dan penetrasi wilayah," katanya.
Direktur Utama Pindad Abraham Mose mengatakan Bus Mobile Laboratorium BSL 2+ dibuat perseroan menggunakan standar WHO. Kini pihaknya dalam proses mendapat sertifikasi dari lembaga kesehatan internasional itu.
"Prototipe sekarang hasil kerjasama dengan RS Yarsi. Kita punya kapasitas produksi sebulan untuk 15 unit dengan TKDN sudah 62 persen," jelasnya.