Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Media Inggris The Guardian Umumkan Rencana PHK 180 Karyawan

Meski terpukul pandemi, The Guardian tak berniat mengubah diri menjadi media berbayar.
Suasana sepi di Tower Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Saat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berada di unit perawatan kritis karena Covid-19, sejumlah pejabat menyusun rencana untuk memperpanjang masa lock down untuk mengendalikan krisis karena virus corona. Bloomberg/Simon Dawson
Suasana sepi di Tower Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Saat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berada di unit perawatan kritis karena Covid-19, sejumlah pejabat menyusun rencana untuk memperpanjang masa lock down untuk mengendalikan krisis karena virus corona. Bloomberg/Simon Dawson

Bisnis.com, JAKARTA - Media asal Inggris The Guardian mengumumkan bakal melakukan pemangkasan karyawan dalam waktu dekat. Menurut perkiraan, akan ada sekitar 180 karyawan yang bakal terkena pemutusan hubungan kerja.

"110 di antaranya lain tersebar di departemen seperti periklanan, Guardian Jobs, bagian marketing, dan bisnis acara Guardian Live. Sementara 70 yang lain adalah karyawan editorial [redaksi]," tulis perusahaan di laman resminya seperti dikutip Bisnis, Rabu (15/7/2020).

PHK tersebut tidak akan dilakukan tanpa pemberitahuan. Pemimpin Redaksi Katharine Viner dan para petinggi lain dikabarkan sudah membuat pemberitahuan pribadi kepada karyawan terdampak.

"Pendapatan The Guardian terganggu karena pandemi, dengan perkiraan pemasukan tahun ini akan terpangkas lebih dari 25 juta poundsterling."

Kendati mengakui secara terbuka sedang bangkrut. Viner dan bos The Guardian Anette Thomas mengatakan bahwa mereka tidak akan mengubah media mereka menjadi media berbayar.

"Meski tekanan Covid-19 mengganggu bisnis kami, model pendekatan unik kami kepada para pembaca terbukti sukses, dan strategi yang kami tempuh selama beberapa tahun terakhir adalah yang paling tepat."

The Guardian selama bertahun-tahun terakhir memang diketahui tak mematok biaya untuk naskah-naskah mereka, sekalipun sebagian dari artikel tersebut bersifat tulisan mendalam (indepth). Mereka juga cenderung jarang mengandalkan iklan, dan fokus mencari pendapatan dari donasi sukarela pembaca.

Selain itu, media ini juga hidup dengan mengandalkan bisnis-bisnis lain seperti event organizer dan agensi. Hanya saja, bisnis-bisnis penopang itu pun belakangan turut lumpuh akibat Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ropesta Sitorus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper