Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waduh, Pemulihan Ekonomi India Terhambat Kenaikan Pajak Bahan Bakar

Harga eceran bahan bakar diesel di ibukota New Delhi telah melonjak 30 persen sejak akhir April, sementara harga bensin naik 16 persen.
Para pekerja migran dan keluarganya menaiki bus di tengah lockdown yang diberlakukan pemerintah di New Delhi, India, Sabtu (28/3/2020)./Bloomberg-Anindito Mukherjeen
Para pekerja migran dan keluarganya menaiki bus di tengah lockdown yang diberlakukan pemerintah di New Delhi, India, Sabtu (28/3/2020)./Bloomberg-Anindito Mukherjeen

Bisnis.com, JAKARTA –  Sumber kekhawatiran utama bagi perekonomian India bukanlah Covid-19, melainkan kenaikan harga bahan bakar. Pemerintah India menaikkan pajak impor dan cukai dua kali tahun ini meskipun pemerintah memberlakukan lockdown paling ketat di dunia.

Dilansir dari Bloomberg, pemilik perusahaan transportasi di Jodhpur di India barat, Dilip Lamba, terpaksa ‘mengandangkan’ 50 armada truknya selama berbulan-bulan.

Sementara itu, Dharampal Nambardar, petani gandum dan biji sesawi di negara bagian Haryana, khawatir dia mungkin tidak mendapat untung tahun ini.

Harga eceran bahan bakar diesel di ibukota New Delhi telah melonjak 30 persen sejak akhir April, sementara bensin naik 16 persen. Bahan bakar diesel menjadi penggerak perekonomian India karena mayoritas kendaraan di India bermesin diesel.

"Hampir 70 persen dari biaya operasi kami untuk dahan bakar diesel," kata Lamba, seperti dikutip Bloomberg. Perusahaan transportasi Lamba mengangkut berbagai komoditas mulai dari kapas hingga semen hingga barang-barang kulit di seluruh India.

“Harga diesel yang lebih tinggi membuat biaya pengiriman melonjak. Tetapi pelanggan tidak siap untuk itu dan kami tidak bisa menyerap biayanya," lanjutnya.

Pemerintah pusat menaikkan pajak bahan bakar diesel dan bensin pada bulan Maret dan sekali lagi pada awal Mei ketika pandemi virus corona menghantam perekonomian. Sejak Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa pada 2014, pajak bahan bakar diesel telah naik hingga lima kali lipat 2014, sedangkan bensin naik lebih dari dua kali lipat.

Pemerintah negara bagian juga mengenakan pungutan bahan bakar. Di Delhi, pajak bahkan mencapai 25 persen dari harga eceran.

Pajak atas dua bahan bakar ini sekarang mencapai hampir dua per tiga dari harga awal, sehingga membuat harga eceran India termasuk yang tertinggi di Asia dan hampir dua kali lipat harga di Pakistan.

Sementara itu, pemulihan harga minyak mentah global telah meningkatkan harga bahan bakar di India lebih jauh dalam beberapa bulan terakhir.

Kenaikan harga ini menambah tekanan terhadap perekonomian yang tengah menghadapii kontraksi terbesar dalam empat dekade. Hampir dua pertiga transportasi komoditas dan logistik di India dilakukan oleh truk bermesin diesel. Sementara itu, bensin digunakan oleh jutaan sepeda motor yang dikendarai oleh orang India berpenghasilan rendah.

Analis minyak senior di konsultan industri FGE, Senthil Kumaran mengatakan meskipun harga bahan bakar di seluruh dunia sebagian besar mengikuti penurunan harga minyak sejak tahun lalu, hal ini tidak terjadi di India.

"Kenaikan pajak bahan bakar diesel in itidak biasa, karena bahan bakar dianggap sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di daerah pedesaan,” ujar Kumaran.

Kecil kemungkinan Perdana Menteri Modi akan mengambil langkah untuk mengekang kenaikan harga bahan bakar diesel dan bensin bahkan ketika harga minyak mentah global pulih. Bloomberg Intelligence mencatat kenaikan retribusi bahan bakar tahun ini diperkirakan menghasilkan pendapatan pemerintah sekitar US$30 miliar per tahun.

Di sisi lain, pos pendapatan pemerintah lain dari pajak penghasilan dan penjualan berkurang, sedangkan pengeluaran program kesejahteraan melonjak.

"Kenaikan pajak pada awal Mei berubah menjadi goncangan yang lebih luas. Hal ini diperkuat oleh rebound harga minyak mentah global," ungkap ekonom India di Bloomberg Economics, Abhishek Gupta.

Gupta memperkirakan kenaikan pajak ini akan mendorong inflasi selama beberapa bulan ke depan.

Dengan output industri yang masih rapuh karena Covid-19 terus menyebar di India, prediksi Menteri Perminyakan Dharmendra Pradhan bulan lalu bahwa permintaan bahan bakar akan kembali ke level sebelum pandemii pada bulan September mungkin sulit untuk dicapai.

Sudah ada bukti bahwa harga tinggi membatasi permintaan. Penjualan bahan bakar sementara pada bulan Juni menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar diesel dan bensin masing-masing turun 15 persen dan 14 persen.

Ketua All India Motor Transport Congress Kultaran, Singh Atwal mengatakan biaya operasional telah meningkat secara berlebihan dan operator truk kecil tidak dapat membebankan kepada konsumen karena permintaan rendah.

“Hampir setengah armada truk di India tidak beroperasi,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper