Bisnis.com, JAKARTA – Dua kapal induk Amerika Serikat melakukan latihan di Laut China Selatan yang disengketakan, sedangkan sejumlah peralatan tempur China juga bermanuver di wilayah yang sama, meski dikritik Pentagon (Kementerian Pertahanan AS) dan negara-negara di sekitar wilayah itu.
“Kapal induk USS Nimitz dan USS Ronald Reagan melakukan operasi dan latihan di Laut China Selatan untuk mengamankan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” demikian pernyataan Angkatan Laut AS sebagaimana dikutip Aljazeera.com pada Minggu (5/7).
Tidak disebutkan secara persis di mana latihan itu dilakukan di Laut China Selatan, yang membentang sejauh 1.500 km (900 mil) dan 90 persen diklaim oleh China meskipun diprotes oleh negara tetangganya.
"Tujuannya adalah untuk menunjukkan sinyal yang jelas kepada mitra dan sekutu kami bahwa kami berkomitmen terhadap keamanan dan stabilitas regional," kata Laksamana Muda George M. Wikoff seperti dikutip oleh Wall Street Journal, yang pertama kali melaporkan latihan tersebut.
China dan AS saling menuduh telah memicu ketegangan di jalur laut strategis itu. Pada saat yang sama hubungan kedua negara memburuk di segala bidang, mulai dari kasus virus corona hingga perdagangan dan masalah UU Keamanan di Hong Kong.
Wikoff, komandan tempur kapal induk Ronald Reagan, mengatakan latihan itu bukan sebagai tanggapan terhadap apa yang dilakukan oleh China di wilayah tersebut. Kegiatan China dikritik Pentagon sebagai "kontraproduktif terhadap upaya meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas".
Baca Juga
Akan tetapi, China menolak kritik AS atas latihan yang dilakukannya pada Jumat (3/7/2020) dan menyatakan AS yang harus disalahkan dalam meningkatnya ketegangan.
Operator militer AS telah lama melakukan latihan di Pasifik Barat, termasuk di Laut Cina Selatan. AS memiliki tiga kapal induk di wilayah tersebut.
Sementara itu, China mengumumkan pekan lalu bahwa mereka telah merencanakan 5 hari latihan militer mulai 1 Juli di dekat Kepulauan Paracel, yang diklaim oleh Vietnam dan China.
Vietnam dan Filipina juga mengkritik rencana latihan militer China dan memperingatkan mereka bisa membuat ketegangan di kawasan itu dan berdampak pada hubungan Beijing dengan tetangganya.
AS menuduh China berusaha mengintimidasi tetangga-tetangga Asia yang mungkin ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gasnya yang luas.
Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim bagian dari Laut China Selatan. Kawasan itu memiliki nilai perdagangan sekitar US$3 triliun per tahun.