Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengancam akan melakukan perombakan kabinet atau reshuffle. Hal ini diutarakan Presiden sebagai wujud kekesalan terhadap kinerja para menteri dalam upaya percepatan penanganan Covid-19.
Kepala Staf Kepresidenan (Purn.) Moeldoko mengatakan bahwa para menteri menyambut kemarahan tersebut dengan introspeksi diri.
“Kita [Kabinet Indonesia Maju] punya WhatsApp grup ya. Semua melakukan introspeksi. Itu yang lebih diutamakan. Bukan membela diri,” kata Moeldoko saat live dalam program Ruang Merdeka, Kamis (2/7/2020).
Moeldoko juga menjelaskan bahwa rapat evaluasi kinerja sudah biasa terjadi. Hal ini termasuk pula pembahasan percepatan penanganan pandemi Covid-19.
Seperti diketahui, sejak pandemi, Presiden secara rutin menggelar rapat bersama para menteri. Di dalamnya berisi mengenai upaya pemerintah menekan dampak pandemi terhadap sektor kesehatan dan ekonomi.
Adapun ancaman perombakan kabinet disampaikan Jokowi dalam sidang kabinet 18 Juni 2020. Peristiwa ini kemudian menjadi viral setelah akun Youtube Sekretariat Presiden mengunggah pernyataan tersebut pada 28 Juni 2020.
Baca Juga
Presiden menumpahkan kekecewaan terhadap penanganan Covid-19 selama tiga bulan terakhir hingga menyinggung perombakan kabinet.
"Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita, untuk negara. Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya," ujarnya dalam video rapat internal yang baru diunggah kanal resmi Sekretariat Presiden di Youtube, Minggu (28/6/2020).
Jokowi juga mengatakan bahwa dia melihat laporan belanja di kementerian tidak menunjukkan perkembangan penyerapan yang signifikan.
Padahal, pada masa pandemi Covid-19 ini, peran pemerintah sangat penting, yakni dalam menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat.
"Saya harus ngomong apa adanya, enggak ada progress yang signifikan. Kalau mau minta Perppu lagi saya buatkan asal untuk negara asal untuk rakyat. Saya pertaruhkan reputasi politik saya," ujar Jokowi.