Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus Virus Corona penyebab Covid-19 pada Senin 2 Maret 2020.
Ketika itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan ada dua orang Indonesia positif terjangkit Virus Corona, perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun.
Kasus pertama tersebut diduga berawal dari pertemuan perempuan 31 tahun itu dengan WN Jepang yang masuk ke wilayah Indonesia. Pertemuan terjadi di sebuah klub dansa di Jakarta pada 14 Februari 2020.
Kini, setelah 4 bulan sejak kasus pertama Covid-19, hingga 1 Juli 2020, Indonesia memiliki 57.770 kasus Covid-19, dari jumlah itu 25.595 orang sembuh, dan 2.934 orang meninggal.
Di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), salah satu episenter wabah Virus Corona di Indonesia, ada 5.220 orang dideteksi positif Covid-19 hingga 1 Juli 2020.
Melalui https://covid19.sulselprov.go.id, Gugus Tugas mencatat terdapat 1.763 pasien yang telah dinyatakan sembuh atau sekitar 33,8 persen dari keseluruhan kasus terkonfirmasi. Sementara itu, terdapat 177 pasien atau sekitar 3,4 persen yang dinyatakan meninggal dunia.
Gugus Tugas juga melaporkan total terdapat 2.272 pasien dalam pengawasan atau PDP yang telah dirawat. Dari jumlah itu, terdapat 1.784 orang yang dinyatakan negatif Covid-19 atau sekitar 78,5 persen. Ada 198 orang atau sekitar 8,7 persen dari keseluruhan PDP yang meninggal dunia.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Unhas Profesor Ridwan Amiruddin./ Antara
Protokol Kesehatan Belum Maksimal
Kadis Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dr Ichsan Mustari mengatakan pihaknya terus memaksimalkan pelaksanaan protokol kesehatan dan sesuai hasil survei hasilnya tingkat kesadaran masyarakat sudah mencapai 70 persen untuk mematuhi protokol kesehatan.
"Sudah dilakukan survei untuk mengukur tingkat kepatuhan masyarakat dengan mengambil empat wilayah di Sulsel. Salah satunya, Kota Makassar sebagai wilayah episentrum Covid-19," kata Ichsan di Makassar, Selasa (30/6/2020).
Dia mengatakan, dari hasil survei Tim Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Sulsel di Kota Makassar dan tiga daerah lainnya, yakni Kabupaten Gowa, Maros dan Luwu Timur, diketahui tingkat kesadaran masyarakat sekitar 65 persen -- 70 persen.
Kondisi ini dinilai sudah cukup baik, namun masih harus ditingkatkan lagi seiring dengan adaptasi normal baru yang tetap harus mengindahkan protokol kesehatan sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pernyataan Kadis Kesehatan itu berbeda dengan keterangan epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Unhas Profesor Ridwan Amiruddin, yang mengungkapkan berdasarka hasil survei, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan hanya 35 persen.
“Hasil survei mengenai kesadaran masyarakat atas bahaya Covid-19 masih sampai di 35 persen," kata Ridwan usai melakukan rapat koordinasi bersama Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah di ruang rapat Gubernur Sulsel Makassar, Selasa (30/6/2020).
"Kalau angka kepatuhan disiplin yang kurang, konsekuensinya adalah kalau ada 10 orang keluar, hanya 3 orang bermasker, itu artinya 7 orang menjadi potensi tertular,” lanjut Ridwan.
Kunci Penanganan
Ia menjelaskan kunci penanganan wabah Covid-19 melalui pelibatan aktif masyarakat untuk bersama-sama keluar dari krisis kesehatan ini.
“Bagaimana mengajak masyarakat keluar dari krisis ini. Pendekatan yang ada saat ini adalah dari atas ke bawah, ini harus dibalik, dengan melakukan akselerasi penguatan di masyarakat,” ujarnya.
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemologi Sulsel ini menjelaskan dari studi epidemologi, Covid-19 dapat dibaca dari tiga poin penting yakni waktu, lokasi dan orang.
Dari segi waktu, saat ini terjadi peningkatan kasus positif. Meskipun, tingkat kesembuhan juga cukup tinggi.
Sementara dari segi lokasi, di Sulsel terdapat tujuh lokasi dengan jumlah kasus tertinggi yakni Makassar, Maros, Takalar, Gowa, Jeneponto, Bulukumba dan Luwu Timur.
Sedangkan dari sisi orang, saat ini jumlah positif Covid-19 didominasi usia produktif karena adanya pelonggaran yang terjadi.
Berdasarkan hal ini, Ridwan menilai perlu dilakukan berbagai intevensi untuk menekan penularan dan mengoptimalkan upaya penyembuhan pasien positif Covid-19.
Ia juga menyebut berdasarkan prediksi Pennsylvania University, pertengahan Juli menjadi puncak tertinggi angka positif Covid-19 dengan melihat jumlah populasi rentan, kecepatan penularan, angka kesembuhan, layanan rumah sakit, dan mitigasi yakni upaya preventif dan memberikan tekanan terhadap kurva.
Pesan Jokowi
Presiden Joko Widodo mengingatkan untuk tidak menerapkan new normal atau tatanan hidup yang baru bila secara statistik belum mendukung.
Presiden meminta data lapangan dan pendapat para pakar harus menjadi landasan sebelum melakukan relaksaksi pembatasan mobilitas masyarakat.
“Masuk new normal tapi keadaan datanya masih belum memungkinkan, jangan dipaksa, sehingga tahapan-tahapan harus betul-betul disiapkan,” kata Presiden saat mengunjungi gedung Gradhika Bhakti Praja yang menjadi posko penanganan dan penanggulanganan Covid-19 di Jawa Tengah, Selasa (30/6/2020).
Jokowi mengatakan apabila data mendukung, setiap kepala daerah harus menyiapkan tahapan menuju new normal. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah prakondisi, menyosialisasikan dengan baik kepada masyarakat soal pelaksanaan protokol kesehatan secara disiplin.