Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan perempuan harus lebih banyak terlibat dalam misi perdamaian dunia di tengah ketidakpastian global akibat konflik dan pandemi.
Hal ini diungkapkan oleh Menlu dalam webinar Peran Negosiator dan Mediator Perempuan dalam Menjaga Perdamaian dan Keamanan Kawasan, Rabu (1/7/2020).
Dia mengatakan pertarungan antara kekuatan besar berlangsung semakin intensif dan membuat kepercayaan antara negara kian luntur.
"Dunia kita sekarang sedang menghadapi ketidakpastian dan akan terus berlanjut sampai pandemi berakhir. Semakin banyak negara beralih ke unilateralisme dan merusak hukum internasional yang berlaku," ujar Menlu.
Kenyataan tersebut, imbuhnya, diperparah dengan adanya pandemi Covid-19. Pada tahun lalu, dia mengatakan konflik bersenjata di dunia menewaskan dan melukai lebih dari 20.000 sipil yang kebanyakan wanita dan anak-anak.
"Ke depannya agen perdamaian akan semakin dibutuhkan. Kita perlu melibatkan lebih banyak perempuan. Tidak hanya saat konflik, tetapi dalam seluruh spektrum perdamaian dari pencegahan ke resolusi," kata Retno.
Baca Juga
Berdasarkan catatannya, partisipasi perempuan dalam misi perdamaian meningkat. Probabilitasnya naik hingga 50 persen dalam 15 tahun.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan, sampai 2018, agen perdamaian perempuan hanya 13 persen yang terdiri dari negosiator, 3 persen mediator, dan 4 persen signatory.
"Hanya ada 6 persen wanita dalam operasi perdamaian PBB. Ini sayang sekali. Kita kehilangan kesempatan perdamaian jika perempuan tidak diberikan kesempatan yang setara," ujarnya.
Oleh karena itu, dia mendorong peningkatan peran wanita dalam proses perdamaian dengan tiga cara.
Pertama, mengubah budaya dan pola pikir. Menurutnya, edukasi berperan penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman kontribusi perempuan dalam perdamaian.
Dukungan orang terdekat menjadi penting, termasuk meyakinkan rekan laki-laki bahwa perdamaian dapat dicapai bersama.
Kedua, meningkatkan kapasitas dengan keahlian unik yang dimiliki perempuan untuk mewujudkan perdamaian dan pembangunan pascakonflik.
Ketiga, membangun like-minded network atau jejaring dengan orang-orang yang memiliki ketertarikan atau opini yang sama untuk membangun kesempatan, pertukaran pengetahuan, pelatihan, dan kolaborasi.