Bisnis.com, JAKARTA — Inflasi Uni Eropa menunjukkan penguatan pada Juni 2020 ketika sejumlah negara di kawasan ini mulai membuka kembali ekonominya.
Berdasarkan data Eurostat, dikutip dari Bloomberg, Selasa (30/6/2020), inflasi Uni Eropa menguat 0,3 persen pada Juni 2020, melampui estimasi median analis.
Namun, dengan semakin dekatnya angka inflasi ke level 0 dibandingkan dengan target European Central Bank (ECB) di bawah 2 persen, ada kekhawatiran bahwa pandemi Covid-19 bakal terus menekan permintaan. Alhasil, potensi terus melorotnya harga masih menganga jika stimulus gagal memacu pertumbuhan ekonomi.
Adapun, inflasi inti, acuan yang mengukur efek produk makan dan energi yang volatilitasnya tinggi, melambat menjadi 0,8 persen pada Juni tahun ini.
Ekonomi kawasan ini diprediksi terkontraksi lebih dari 8 persen pada tahun ini dan Presiden ECB Christine Lagarde telah memberikan sinyal bahwa krisis akibat dari virus corona bakal mengubah peran bank sentral ini.
Ketika kepercayaan konsumen mulai kembali seiring dengan bisnis dibuka di seantero Uni Eropa, meluasnya wabah Covid-19 di sebagian Eropa dan Amerika Serikat memberikan indikasi bahwa pemulihan tidak akan berlangsung secara cepat.
Baca Juga
Ratusan pekerja tercatat kehilangan pekerjaannya, meski pemerintah terus menggelontorkan stimulusnya untuk mendukung ekonomi.
Angka inflasi menggambarkan situasi yang berbeda di tiap negara aggotanya. Di Jerman misalnya, inflasi melaju lebih cepat dengan tingginya beban biaya yang harus ditanggung pebisnis untuk menyediakan peralatan untuk menjaga kebersihan.
Lain halnya dengan inflasi di Prancis yang melorot ke level terendah selama empat tahun terakhir.