Bisnis.com, KULONPROGO - Bambang Setiawan, guru kelas 4 SD Negeri Jatiroto Kabupaten Kulonprogo, rela mendatangi rumah siswanya yang tidak memiliki ponsel untuk melakukan pembelajaran.
Pembelajaran jarak jauh menjadi solusi paling logis atas kelanjutan proses belajar siswa pada masa pandemi Covid - 19. Belajar untuk sementara termediasi oleh teknologi informasi dan internet.
Namun, disadari atau tidak, tak semua wilayah punya kemampuan akses yang sama. Kebijakan belajar daring justru menegaskan kondisi bahwa infrastruktur internet belum sepenuhnya merata.
Seperti yang dialami oleh dua siswa bimbingan Bambang Setiawan, Guru Kelas 4 SD N Jatiroto, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo. Keduanya terkendala akses internet selama melakoni tiga bulan pembelajaran daring.
Bambang mengatakan satu orang siswa terkendala lantaran orang tuanya tidak punya gawai berjenis android atau yang mampu tersambung dengan internet. Sementara satunya lagi punya gawai android, hanya saja lokasi rumahnya jauh dari sinyal internet.
Dengan kondisi itu, Bambang terdorong untuk mendatangi rumah kedua siswa tersebut satu per satu. Alasannya, sudah pasti untuk meringankan kendala kedua siswa tersebut dalam mengikuti pembelajaran daring.
"Saya datang ke rumah mereka usai pulang tugas dari sekolah. Kebetulan rumah kami jaraknya tidak begitu jauh. Jadi, anggap saja nyelakke waktu lah," ujar Bambang, seperti dilaporkan Harianjogja.com Rabu (24/6/2020).
Bambang mengatakan kedua siswa tersebut merupakan prioritas untuk dikunjungi. Pasalnya, dari 14 siswa yang ia ampu, tidak semuanya punya kendala akses internet. Sejauh ini pembelajaran daring berlangsung melalui sebuah grup WhatsApp yang berisi orang tua siswa. Baik tugas, maupun pertanyaan soal proses belajar disampaikan melalui media tersebut. Namun, ada pula yang disampaikan lewat layanan pesan singkat SMS.
Ketika menyambangi rumah siswa, Bambang memberikan arahan secara langsung. Terutama materi pembelajaran yang bagi siswa masih dirasa sulit. Namun, kegiatan itu tidak bisa ia laksanakan setiap saat. Tergantung kesediaan waktu dan kebutuhan siswa.
Ia mengakui pembelajaran daring belum bisa dilaksanakan secara efektif untuk sekarang. Hal itu terjadi lantaran wilayah tempat tinggal siswa berada di dataran tinggi Menoreh yang memang sulit menjangkau sinyal internet. Belum lagi faktor ekonomi orang tua siswa yang sulit untuk membeli gawai berjenis Android.
Kendati begitu, ia sebagai guru dan aparatur sipil negara [ASN] harus mempedomani anjuran pemerintah untuk melangsingkan proses belajar secara daring. Untuk itu, ia bersama guru lainnya tetap mengupayakan target kurikulum meski di tengah kondisi yang sulit.
Pembelajaran daring, katanya juga punya nuansa berbeda dengan pembelajaran di kelas. Ia merindukan saat-saat berkomunikasi dengan siswa sambil mengamati tumbuh kembangnya secara langsung. Ia pun juga merasa, para siswa juga rindu berada di kelas, bertemu dan bersosialisasi dengan teman sebayanya.
"Bagaimana pun juga, belajar di kelas itu terasa lebih enak karena guru bisa memantau perkembangan siswa secara langsung. Penilaian bukan semata karena nilai saja, tapi ada aspek sosial dan moral yang tak kalah penting untuk dipantau," kata laki-laki yang telah berkiprah sebagai guru sejak tahun 2005 itu.
Ia berpesan kepada orang tua, inilah waktunya untuk saling bekerjasama dalam memastikan masa depan siswa. Tak dipungkiri, saat pembelajaran daring, orang tua punya lebih waktu untuk memantau perkembangan anaknya. Ketika jangkauan guru terbatas, orang tua seharusnya bisa menggantikan peran pengajar untuk sementara.