Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tengah mempertimbangkan tarif baru terhadap ekspor senilai US$3,1 miliar dari Prancis, Jerman, Spanyol dan Inggris.
Menurut pemberitahuan yang dipublikasikan pada Selasa (23/6/2020) malam waktu setempat, Perwakilan Perdagangan Amerika berkehendak untuk mengenakan tarif baru pada ekspor Eropa seperti zaitun, bir, gin (jenis minuman beralkohol), dan truk.
Sementara itu, tarif pada produk-produk seperti pesawat, keju dan yogurt juga akan ditingkatkan. Pernyataan itu menjabarkan periode komentar publik selama sebulan yang berakhir pada 26 Juli.
Menyusul kabar ini, bursa saham Eropa mencatat penurunan terbesar dalam sepekan, akibat terbebani oleh kekhawatiran tentang lonjakan kasus baru Covid-19 dan bangkitnya ketegangan perdagangan antara AS dan Eropa.
Saham-saham perusahaan barang mewah dan produsen truk termasuk di antara yang melemah, seperti dilansir dari Bloomberg.
Jika AS menindaklanjuti rencana ini, merek-merek mewah Eropa seperti Givenchy dan Hermes yang memproduksi barang-barang kulit, serta Remy Cointreau dan Pernod Ricard yang membuat cognac dan sampanye akan terpukul.
Baca Juga
Besarnya tarif baru ini mungkin akan mencapai 100 persen. Dengan demikian, harga produk-produk tersebut untuk importir AS dapat naik dua kali lipat dan berimbas pada arus masuknya ke AS.
Sementara itu, tarif terhadap gin Inggris dapat menaikkan harga di AS pada puncak musim untuk gin dan tonik, sehingga berpotensi merugikan produsen minuman keras asal Inggris seperti Diageo Plc., James Burrough, dan William Grant & Sons.
Tarif baru AS itu juga dapat mengurangi permintaan untuk bir Jerman menjelang perayaan Oktoberfest yang belum dibatalkan karena pandemi Covid-19.
Tarif impor tersebut akan menambah tarif sebesar 25 persen yang telah diterapkan AS tahun lalu pada impor Scotch dan Irish Whiskey serta liquor dan cordial dari Jerman, Irlandia, Italia, Spanyol, dan Inggris.
Di lain pihak, asosiasi perdagangan minuman keras Distilled Spirits Council AS mengatakan pihaknya menentang tarif tambahan tersebut.
“Ini akan meningkatkan ketegangan perdagangan di seluruh Atlantik serta semakin merugikan perusahaan-perusahaan Amerika dan pekerjaan di bidang perhotelan yang sudah di bawah tekanan akibat Covid-19,” demikian menurutnya dalam sebuah pernyataan.