Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kembali menekankan persaingan antarkekuatan besar di Laut China Selatan bukanlah yang utama.
Hal ini disampaikan usai pertemuan antarmenteri Asean informal, Rabu (24/6/2020). Menurutnya, penting bagi seluruh negara di Asia Tenggara agar dapat menjaga stabilitas dan perdamaian di wilayah Laut China Selatan.
"Kolaborasi dan kerja sama harus selalu dikedepankan, bukan rivalitas," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (24/6/2020).
Negosiasi di antara claimant state atau negara yang mengklaim Laut China Selatan menjadi kunci bagi situasi yang kondusif di wilayah tersebut. Seperti diketahui, sejumlah negara seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam berulang kali terlibat konflik atas klaimnya pada wilayah Laut China Selatan.
Sementara itu, Retno menegaskan kembali bahwa Indonesia bukanlah termasuk claimant state.
Retno juga mendorong dimulainya lagi pembahasan kode etik Laut China Selatan yang sempat terhenti karena pandemi .
Baca Juga
"Asean penting untuk menunjukkan soliditas mengenai penghormatan prinsip hukum internasional termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982," ujarnya.
Di dalam pertemuan yang sama, Retno juga membahas isu penyelamatan Rakhine terutama soal repatriasi yang harus terhenti karena situasi yang belum aman dan adanya wabah Covid-19.
"Indonesia juga menyinggung mengenai masyarakat kapal. Mereka lagi-lagi menjadi korban smuggling dan perdagangan manusia. Perlu diambil preventive measure agar mereka tidak menjadi korban," tuturnya.
Dalam hal ini, Indonesia telah berkontribusi dengan mendanai tim ad hoc yang berada di sekretariat Asean.
Retno melakukan tiga pertemuan sekaligus dalam rangka persiapan KTT Asean yang akan dilakukan pada Jumat mendatang. Ketiga pertemuan tersebut di antaranya AMM, Asean Political-Security Community (APSC), dan Asean Coordinating Council (ACC).