Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Arab Saudi dikabarkan akan membuka ibadah haji tahun 2020 dengan pembatasan jamaah.
Rencananya, kegiatan haji hanya akan digelar sebagai simbolis dengan memperbolehkan jamaah yang ikut sebanyak 20 persen dari setiap negara.
Hingga saat ini, kabar tersebut belum dikonfirmasi oleh pemerintah Arab Saudi. Selain itu, kerajaan Arab Saudi sampai saat ini juga masih menutup sebanyak 71 masjid yang ada di wilayahnya.
Lantas berapa pendapatan Kerajaan Arab Saudi yang akan hilang jika ibadah haji dibatalkan? Sekitar 2,5 juta jemaah haji mengunjungi situs-situs Islam paling suci di Mekah dan Madinah untuk haji setiap tahunnya.
Data resmi menunjukkan ibadah haji dan umrah di Arab Saudi sepanjang tahun menghasilkan pendapatan untuk kerajaan sekitar US$12 miliar per tahun. Demikian dikutip dari middleeastmonitor.com.
Membatasi atau membatalkan kegiatan haji akan semakin menekan ekonomi pemerintah yang mengalami perlambatan akibat kejatuhan harga minyak dan pandemi.
Analis memprediksi kontraksi ekonomi yang parah tahun ini. Pihak kerajaan telah menghentikan penerbangan penumpang internasional pada bulan Maret, dan pada hari Jumat lalu kembali memberlakukan jam malam di Jeddah, setelah terjadi lonjakan infeksi di kota tersebut.
Pada 2019, sekitar 19 juta peziarah menjalani ibadah umrah sementara ibadah haji menarik 2,6 juta orang masuk ke Arab Saudi.
Bahkan, Putra Mahkota Mohammed bin Salman berencana untuk meningkatkan kapasitas umrah dan haji menjadi 30 juta peziarah setiap tahun dan menghasilkan sebanyak 50 miliar riyal (US$13,32 miliar) pendapatan pada tahun 2030.