Bisnis.com, JAKARTA – Raksasa minyak bumi dunia, BP Plc., berencana mengurangi 10.000 pekerja setelah kemerosotan harga minyak mempercepat langkah perusahaan untuk transisi ke energi yang lebih bersih.
Melalui sebuah memo internal, CEO Bernard Looney mengungkapkan BP akan memangkas 14 persen dari tenaga kerjanya. Tindakan ini sebagian besar akan berdampak pada staf kantor dan yang memegang peran senior. Diperkirakan 400 posisi teratas akan terpangkas sepertiganya.
Menurut Looney menuturkan pengurangan ini sejalan dengan rencana yang ditetapkan pada Februari untuk mempersiapkan BP melakukan pengurangan emisi karbon yang signifikan.
Pada saat itu, Looney mengatakan BP akan membongkar bisnis hulu dan hilirnya sekaligus menggantinya dengan 11 tim baru.
“Saya pikir akan menjadi hal yang tidak jujur untuk tidak mengemukakan bahwa akan ada sedikit PHK staf sebagai bagian dari program ini,” ungkap Looney dalam wawancara dengan Bloomberg pada Februari.
Di sisi lain, pandemi Covid-19 telah memukul kinerja keuangan dan memaksa banyak perusahaan untuk mengubah cara mereka beroperasi.
Baca Juga
Pesaing BP, Royal Dutch Shell Plc., dikabarkan menawarkan redundansi sukarela sebagai upaya untuk menjadi lebih ramping, sedangkan Chevron Corp. dan Marathon Oil Corp. menjadi dua di antara yang merumahkan karyawannya.
Namun, pandemi virus mematikan tersebut dan kemerosotan harga minyak mentah yang berkelanjutan telah mempercepat proses ini, sehingga mengarahkan BP untuk bertindak lebih cepat yang semula dimaksudkan.
Analis Jefferies, Jason Gammel, mengatakan BP selalu lebih cenderung melakukan perubahan pada jumlah karyawan ketimbang perusahaan minyak lain di Eropa, Shell, yang sebagian besar melanjutkan operasi seperti sebelumnya.
“Saya terkejut dengan pengurangan sebesar itu,” tutur Gammel, dikutip dari Bloomberg, Selasa (9/6/2020).
Beberapa hari setelah mengambil alih kendali BP, Looney mengumumkan bahwa perusahaan yang berkantor pusat di London ini akan menghapus semua emisi dari operasi dan produksinya sendiri pada tahun 2050, serta memangkas emisi yang diproduksi oleh konsumennya.
Sejak itu, harga minyak telah jatuh karena pandemi Covid-19 menekan permintaan, serta memaksa produsen untuk membatasi pengeluaran dan menunda proyek. Looney bersikeras bahwa krisis ini justru memperkuat kebutuhan untuk "kembali menciptakan BP" dan terus maju dengan ambisi iklim yang baru.
Bulan lalu, BP memulai fase kedua reorganisasi, mengurangi posisi manajer senior menjadi sekitar 120 orang dari 250 orang. Karyawan di stasiun pengisian bahan bakar tidak masuk dalam reorganisasi karena dipandang sebagai pekerja garis depan.
“Dampak nyata dari pengurangan pekerja dan reorganisasi untuk perusahaan besar Inggris ini kemungkinan akan menjadi jelas pada bulan September,” tambah Gammel.