Bisnis.com, JAKARTA – Ketegangan antara Amerika Serikat dan China terancam memanas. Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menggelar konferensi pers untuk membahas China pada Jumat (29/5/2020) waktu setempat.
Trump mengatakan akan mengumumkan kebijakan-kebijakan baru AS tentang China, setelah negeri yang dikomandoi Presiden Xi Jinping ini meloloskan undang-undang keamanan nasional yang membatasi kebebasan di Hong Kong.
Penasihat ekonomi utama Trump mengatakan AS akan meminta pertanggungjawaban pemerintah China. Meski demikian, Trump tidak menentukan dengan pasti waktu rencana pengumuman yang dimaksud.
“Kami akan mengumumkan apa yang akan kami lakukan besok sehubungan dengan China. Kami tidak senang dengan [tindakan] China. Kami tidak senang dengan apa yang terjadi,” jawab Trump kepada awak media pada Kamis (28/5/2020), tentang apakah AS akan bertahan dalam kesepakatan perdagangan “fase satu” yang ditandatangani dengan China pada Januari.
“Di seluruh dunia, orang-orang menderita. Seratus delapan puluh enam negara, di seluruh dunia, mereka menderita. Kami tidak bahagia,” tambahnya, merujuk pada pandemi virus corona (Covid-19) yang telah ia bebankan pada Beijing.
Langkah China untuk menindak keras Hong Kong berikut ancaman Trump untuk membalasnya telah meningkatkan ketegangan antara dua negara berekonomi terbesar di dunia tersebut.
Baca Juga
Baik AS maupun China telah saling bertukar kritik dan kesalahan atas pandemi Covid-19. Pandemi virus mematikan ini memang dimulai di provinsi Hubei, China. Namun AS justru mencatat jumlah kasus dan korban jiwa terbesar di dunia akibat virus ini, jauh lebih banyak daripada yang dilaporkan China.
Larry Kudlow, Direktur Dewan Ekonomi Nasional, mengatakan pada Kamis (28/5) dalam sebuah wawancara dengan CNBC, bahwa China telah membuat "kesalahan besar" dengan meloloskan undang-undang keamanan nasional mengenai Hong Kong.
“Pada dasarnya mereka telah merampas kebebasan di Hong Kong. Kami tidak bisa membiarkan ini tidak menjadi perhatian dan mereka akan bertanggung jawab untuk itu. Jika perlu, Hong Kong sekarang mungkin harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti China diperlakukan,” tutur Kudlow.
“China telah melakukan kesalahan besar," tambahnya, seperti dilansir melalui Bloomberg.
Sehari sebelumnya, pada Rabu (27/5/2020), Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan bahwa Hong Kong telah secara efektif kehilangan otonominya dan tidak lagi memerlukan perlakuan khusus berdasarkan undang-undang AS.
Pernyataan ini membuka pintu bagi Trump untuk menjatuhkan hukuman mulai dari sanksi sederhana untuk mencoba membatasi tindakan China terhadap wilayahnya hingga mencabut status perdagangan khusus Hong Kong dengan AS.