Bisnis.com, JAKARTA - Provinsi Aceh menjadi wilayah paling sedikit mencatatkan kasus konfirmasi Covid-19. Kondisi ini diyakini lantaran kerja sama kuat seluruh pihak menekan angka penyebaran pandemi ini.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 hanya mencatatkan 19 kasus konfirmasi corona di Aceh. Dari jumlah tersebut 17 orang dinyatakan sembuh, satu masih dirawat dan satu orang meninggal dunia.
Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan kondisi ini patut disyukuri baik pemerintah Aceh maupun masyarakat. Dia juga berterima kasih atas peran yang dijalani oleh berbagai pihak.
“Saya berterima kasih kepada masyarakat, tokoh agama, Forkopimda, civil society dan pemerintah pusat atas peran dan kerja samanya [menekan angka penyebaran Corona],” katanya kepada Bisnis, Senin (25/5/2020).
Meski begitu, dia meminta seluruh masyarakat Aceh tetap waspada dan patuh terhadap protokol kesehatan dan semua anjuran atau program pemerintah terkait Covid-19.
“Saya dan seluruh masyarakat Aceh berusaha dan berdoa semoga cepat ditemukan vaksin dan Covid-19 berakhir,” tuturnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Covid-19 Achmad Yurianto mengapresiasi masyarakat Aceh atas keberhasilan dalam upaya memutus rantai penyebaran virus ini.
Menurutnya kunci penyelesaian masalah Covid-19 di Serambi Mekkah disebabkan adanya kepatuhan masyarakat menjalankan anjuran pemerintah.
“Pemerintah hanya membuat pedoman, ketentuan, anjuran dan ini tidak akan ada hasilnya kalau masyarakat tidak patuh. Kalau masyarakatnya patuh pasti akan bagus. Aceh adalah salah satu provinsi yang luar biasa masyarakatnya patuh,” katanya, Minggu (24/5/2020).
Dia menuturkan, para tokoh masyarakat seperti tokoh agama, dan tokoh adat menjadi kunci keberhasilan dalam memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat.
“Pasti ini peran dari tokoh masyarakat, bukan hanya dari peran pemerintah. Tapi tokoh masyarakat memegang peran kunci. Karena saya paham betul masyarakat Aceh itu masyarakat yang masih sangat patuh kepada tokoh-tokoh masyarakat,” tuturnya.
Kendati demikian lanjutnya, tantangan terbesar yang harus dihadapi Aceh adalah bagaimana mempertahankan keberhasilan dalam melandaikan kurva dan menaklukan pandemi ini. Sebab, hingga kini masih ada potensi keluar-masuknya warga, baik dari maupun menuju Aceh.
“Yang menjadi tantangan adalah, bagaimana mempertahankannya. Karena pasti mobilitas orang itu tidak bisa di Aceh saja. Suatu saat pasti datang juga saudara lain dari luar Aceh,” terangnya.
Oleh karena itu, Yuri mengimbau agar pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan masyarakat dapat mengawasi bersama terhadap potensi penularan virus itu dari luar Aceh.