Bisnis.com, JAKARTA – Keganasan virus Corona menghantam kinerja Hon Hai Precision Industry Co. Mitra terpenting Apple ini mencatat penurunan laba terbesar sepanjang sejarah perusahaan.
Laba bersih Hon Hai anjlok 89 persen menjadi NT$2,1 miliar (US$70 juta) pada kuartal I/2020, ketika virus corona jenis baru penyebab Covid-19 tersebut membekukan sebagian besar produksinya di China dan menekan permintaan smartphone global.
Keadaannya mungkin akan berlanjut suram. Kepada para analis pada Jumat (15/5/2020), Chairman Hon Hai Young Liu mengatakan perusahaan mengantisipasi penurunan persentase satu digit dalam pendapatan pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya. Jika terwujud, maka ini akan menjadi penurunan penjualan triwulanan ketiga berturut-turut.
Sementara itu, pendapatan perusahaan turun hampir 12 persen menjadi NT$929,7 miliar, menurut perhitungan Bloomberg News berdasarkan angka penjualan bulanan yang dilaporkan sebelumnya.
Liu memperingatkan bahwa ketidakpastian akan terus menghantui permintaan barang-barang elektronik hingga paruh kedua, setelah kuartal pertama yang sangat buruk.
Penurunan laba perusahaan Taiwan itu menunjukkan seberapa besarnya dampak Covid-19 dan lockdown global terhadap permintaan barang-barang elektronik.
Baca Juga
Pengiriman global untuk smartphone turun dengan laju tercepat pada kuartal pertama, memukul penjualan manufaktur ini meskipun fasilitas-fasilitas produksi utamanya mampu kembali beroperasi sekitar pertengahan Maret.
Pada Jumat, Hon Hai, yang populer disebut Foxconn, mengungkapkan pihaknya mengeluarkan biaya sebesar NT$10 miliar terkait pandemi ini, meskipun sebagian di antaranya akan dikompensasi oleh pemerintah China.
Perusahaan, yang memperoleh separuh dari penjualannya dengan merakit iPhone dan perangkat-perangkat untuk Apple, juga memperingatkan bahwa permintaan untuk smartphone tetap tidak pasti.
“Prospek Hon Hai untuk pertumbuhan penjualan kuartal II yang kuat secara berurutan dan year-over-year untuk produk dan komponen perusahaan dan komputer - yang terdiri dari sekitar 55 persen dari penjualan - mendukung pandangan kami tentang pemulihan W-shape dari pandemi corona,” ujar Matthew Kanterman, Analis Bloomberg Intelligence.
“Namun, penurunan permintaan mungkin meningkat pada kuartal III serta menurunkan penjualan sebelum rebound terjadi pada kuartal IV,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg.
Produksi pada banyak mitra Apple di Asia telah terhenti pada awal 2020 setelah upaya untuk menahan persebaran Covid-19 dimulai. Langkah ini mengakibatkan keterlambatan pengiriman yang parah untuk ponsel dan menyebabkan mandeknya pasokan komponen.
Perilaku konsumen yang berlindung di dalam rumah juga menghajar penjualan ritel. Apple sendiri sampai menutup semua 42 gerai ritelnya di China, pasar penting bagi perusahaan, diikuti dengan penutupan toko di negara lain. Meski toko-tokonya di China telah dibuka kembali, banyak toko di negara-negara lain masih ditutup.