Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KSAD Andika Perkasa Minta Uji Plasma Darah untuk Pasien Covid-19 Dilakukan Hati-Hati

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Andika Perkasa meminta anggotanya untuk berhati-hati saat menguji penelitian plasma darah pasien sembuh Covid-19 sebagai serum perawatan pasien Covid-19.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa./Youtube
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa./Youtube

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa meminta anggotanya untuk berhati-hati saat menguji penelitian plasma darah pasien sembuh Covid-19 sebagai serum perawatan pasien Covid-19.

“Protokol mesti diikuti, kemudian eksperiman juga mesti ada persetujuan dari pasien yang akan menjadi bahan eksperiman. Jangan sampai ada yang dilanggar. Saya tidak ingin ada masalah kode etik,” kata Andika saat memberi keterangan melalui Buletin Video TNI AD, Jakarta, yang dipublikasikan pada Selasa (12/5/2020).

Andika mewanti-wanti agar tidak ada tekanan kepada pasien sebagai sukarelawan penerapan uji klinis eksperimen plasma darah tersebut.

“Ingat saya tegas di situ. Saya tidak mau ada masalah, karena kita semua beroperasi berdasar kredibilitas dokter dan RSPAD bahkan Angkatan Darat yang harus kita pegang. Tidak boleh asal-asalan,” kata dia.

Konsorsium Covid-19 tengah mempersiapkan uji klinis serum pasien positif Covid-19 yang sembuh untuk digunakan sebagai obat alternatif selain Avigan bagi perawatan pasien terkait dengan Covid-19.

“Kami sudah dua Minggu ini mempersiapkan untuk menggunakan serum pasien positif yang sembuh ke dalam uji klinis. Biasanya bukan mengganti obat Avigan, tetapi dipakai secara bersama-sama,” kata Ketua Konsorsium Covid-19 Ali Ghuron Mukti melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Jakarta, pada Jumat (24/4/2020).

Dia menerangkan serum pasien yang sembuh itu mengandung antibodi yang spesifik terhadap virus Corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Ihwal antibodi itu, dia menjelaskan, puncaknya terbentuk di tubuh pasien yang sembuh pada hari ke-21 sampai dengan 28.

“Biasanya puncak antibodi di tubuh pasien sembuh terbentuk di hari ke-21 sampai 28,” ujarnya.

Dia menuturkan langkah itu pertama kali dipraktikan oleh seorang profesor di John Hopkins lalu mendapatkan izin terbatas dari Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. Lantas, dia melanjutkan, banyak rumah sakit di Amerika Serikat mulai menggunakannya.

“Di Indonesia sendiri, RSPAD Gatot Subroto sudah mulai untuk menerapkannya,” ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper