Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan minyak Saudi Aramco memutuskan untuk tidak memangkas pembayaran dividen meskipun laba turun 25 persen. Selain itu, perusahaan milik Arab Saudi ini mengisyaratkan akan terus memantau pengeluaran dan bersiap untuk tekanan yang lebih dalam dari krisis minyak.
Dalam sebuah pernyataan, perusahaan paling berharga di dunia ini akan membayar dividen dengan total US$18,75 miliar untuk tiga bulan pertama tahun 2020, meskipun tidak disebutkan apakah masih memegang komitmen yang sama untuk target dividen US$75 miliar dalam setahun penuh.
Dividen sangat penting bagi Saudi, yang memegang sekitar 98 persen saham Aramco dan menghadapi gejolak keuangan terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Pada hari Senin (11/5/2020), pemerintah menaikkan pajak pertambahan nilai tiga kali lipat dan memangkas tunjangan pegawai pemerintah untuk mengekang defisit fiskal yang diperkirakan mencapai 13 persen dari produk domestik bruto tahun ini.
Pada masa penawaran umum perdana Aramco pada bulan Desember tahun lalu, dividen menjadi salah satu daya tarik utama dari perusahaan. Padahal saat itu, stress test yang dilakukan oleh JPMorgan Chase & Co. menunjukkan bahwa jika minyak turun menjadi US$40 per barel dan produksi turun menjadi 9 juta barel per hari, Aramco harus memangkas dividen 30 persen dan mengurangi pengeluaran secara signifikan untuk mencapai target.
Minyak mentah Arab Light bulan lalu anjlok menjadi US$13,34 per barel dan kerajaan telah berjanji untuk memangkas produksi menjadi hanya menjadi 7,5 juta barel per hari pada Juni.
“Kami mempertahankan fleksibilitas yang signifikan untuk menyesuaikan pengeluaran dan memiliki pengalaman yang cukup dalam mengelola bisnis melalui masa-masa sulit,” kata Chief Executive Officer Aramco, Amin Nasser, seperti dikutip Bloomberg.
“Ketangguhan ini akan memungkinkan kami untuk terus memenuhi komitmen kami kepada para pemegang saham,” lanjutnya.
Pembayaran dividewn besar-besaran dari produsen minyak besar telah lama menjadi daya tarik utama bagi pemegang saham, tetapi harga minyak yang rendah mengancam mereka.
Exxon Mobil Corp menahan pembayaran dividen untuk pertama kalinya dalam 13 tahun sambil memangkas belanja modal. Sementara itu, Royal Dutch Shell memangkas pembayaran dividen untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II.
Laba Aramco turun 25 persen year-on-year menjadi 62,48 miliar riyal (US$16,6 miliar) pada kuartal I/2020 serta mencatatkan kerugian dari penyulingan. Aramco memperkirakan belanja modal tahun ini berkisar antara US$25 miliar dan US$30 miliar.