Bisnis.com, JAKARTA – Prancis mengikuti langkah Jerman, Italia, dan Belanda untuk meonggarkan pembatasan aktivitas dan meredam dampak virus corona terhadap perekonomian negara.
Dilansir Bloomberg, Perdana Menteri Edouard Philippe mengatakan Prancis menyiapkan rencana nasional untuk melonggarkan kebijakan lockdown, meskipun kontrol ketat akan tetap dilakukan pada transportasi umum di Paris.
Pelonggaran pembatasan pada bisnis dan toko akan mulai berlaku pada hari Senin dalam proses bertahap yang dirancang untuk menghindari gelombang infeksi kedua.
“Kami selalu mencari keseimbangan antara kembalinya kehidupan normal dan perhatian yang tak terpisahkan terhadap tindakan yang mencegah penyebaran epidemi,” kata Philippe pada hari Kamis (7/5/2020).
Philippe menambahkan bahwa pembatasan dapat diterapkan kembali jika infeksi meningkat.
Meskipun angka kematian di Eropa akibat virus corona melampaui 140.000 jiwa, para pemimpin di benua tersebut terpacu untuk mempercepat kembalinya aktivitas normal dan berupaya memulai mengaktifkan kembali perekonomian sambil menghindari wabah baru.
Prancis pada hari Kamis melaporkan kematian paling sedikit dalam empat hari terakhir dan mencatat jumlah pasien dalam unit perawatan intensif yang terendah dalam enam pekan terakhir.
Dampak virus corona terhadap perekonomian menjadi semakin nyata. Jerman mencatat penurunan aktivitas manufaktur hingga 9,2 persen pada bulan Maret, sedangkan di Prancis sendiri anjlok hingga 16,2 persen.
Prancis akan memberlakukan pelonggaran secara progresif, dengan terus memantau situasi dan tetap memprioritaskan pekerjaan jarak jauh. Sejumlah sekolah masih akan ditutup sampai musim gugur karena sulitnya menerapkan langkah-langkah pembatasan aktivitas sosial dan kebersihan.
Sementara itu, restoran, bar dan, kafe akan tetap ditutup hingga setidaknya awal Juni.
Seluruh orang diwajibkan menggunakan masker wajah saat bepergian dengan transportasi umum. Sementara itu, perjalanan hanya diijinkan jika kurang dari 100 kilometer (km).
Pembatasan perbatasan dengan negara-negara Eropa akan tetap berlaku setidaknya sampai 15 Juni dan sebagian besar pelancong dari negara-negara non-Eropa tetap dilarang sampai pemberitahuan lebih lanjut.
"Ekonomi Prancis harus dimulai kembali," kata Menteri Keuangan Bruno Le Maire. “Kami kehilangan banyak pertumbuhan dan pekerjaan, dan karena itu kami harus memulai kembali kegiatan ekonomi dalam kondisi yang paling aman.”