Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti Lockdown Berakhir, Pengusaha Jerman Harap-Harap Cemas

Jerman telah melakukan pelonggaran, tapi lockdown belum berakhir. Para pengusaha meminta pemerintah segera bergerak cepat.
Seorang pekerja laboratorium menunjukkan vial (tabung penampung cairan untuk kepentingan farmasi) yang digunakan dalam kit uji diagnostik virus corona di fasilitas produksi TIB Molbiol Syntheselabor GmbH di Berlin, Jerman, pada 6 Maret 2020./Bloomberg
Seorang pekerja laboratorium menunjukkan vial (tabung penampung cairan untuk kepentingan farmasi) yang digunakan dalam kit uji diagnostik virus corona di fasilitas produksi TIB Molbiol Syntheselabor GmbH di Berlin, Jerman, pada 6 Maret 2020./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Jerman boleh jadi telah banyak melonggarkan kebijakan lockdown mereka. Sebagian aktivitas mulai berjalan mendekati normal.

Kendati demikian, pelonggaran lockdown belum dirasakan para pengusaha Jerman. Musababnya, pembatasan mobilitas penduduk antardaerah masih belum direnggangkan.

Bagi indusri pariwisata misalnya, hal itu membuat para pengusaha hotel dan transportasi terancam kehilangan prospek wisatawan. Padahal, musim liburan di sebagian besar negara bagian sebentar lagi bakal tiba.

"Bagi kami ini seperti sebuah perang, karena pekerjaan kami terus menerus bertambah lumpuh dari hari ke hari," keluh pemilik hotel Seetel Seelige-Steinhof seperti dilansir Bloomberg, Rabu (6/5/2020).

Steinhof mengaku sudah menutup hotelnya selama tujuh pekan terakhir. 

Sedangkan manajer Asosiasi Ritel Jerman (HDE) Stefan Genth mengaku kesulitan pula, kendati bisnis ritel Jerman sebagian dibolehkan beroperasi. 

"Bahkan dengan toko terbuka, orang-orang tetap ketakutan membeli," ujar Genth mengutarakan kegelisahannya.

Genth dan Steinhof kini hanya bisa berharap pertemuan antara Kansselir Angela Merkel dan 16 Menteri Negara Bagian yang bakal berlangsung beberapa jam ke depan bisa menghasilkan kabar baik.

Dalam pertemuan itu, Merkel akan berdiskusi untuk membahas kebijakan masing-masing kepala daerah.

"Kami butuh aturan yang tegas dan berlaku dengan skala nasional soal jam buka toko," sambung Gent.

Permohonan Gent itu bisa jadi tak akan terealisasi. Sebab, menurut laporan Bloomberg, nantinya setiap negara bagian bakal menempuh percepatan penangguhan lockdown dengan intensitas berbeda, tergantung tingkat keparahan persebaran virus di wilayah masing-masing.

Belum akan ada regulasi seragam untuk seluruh wilayah Jerman.

Kendati demikian, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn menjanjikan aturan-aturan itu bakal mengarah ke visi yang sama, kendati secara terperinci berbeda satu sama lain.

"Kami memiliki perbedaan antardaerah soal persebaran virus, itu jelas. Tapi, yang penting nantinya kami akan mengambil pendekatan yang sama demi tercapainya tujuan yang sama pula," ujar Spahn.

Kasus Covid-19 di Jerman memang tergolong banyak, yakni 167.000 lebih. Kendati demikian, negara tersebut banyak dipuji lantaran bisa membuat 130.000 lebih pasien di antaranya sembuh.

Rasio kematian mereka juga relatif rendah, dengan total angka saat ini adalah 6.993 korban jiwa.

Kendati demikian, tekanan tetap bermunculan. Bila tak bisa memenuhi harapan pengusaha, bukan tidak mungkin citra bagus pemerintah Jerman bakal berbalik 180 derajat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper