Marmut dan Wabah Manchuria Raya
Sejarah mencatat bahwa pada 1910 wabah Manchuria Raya yang merebak di China timur laut sangat menghancurkan. Sejak musim gugur 1910, sampai wabah akhirnya ditekan pada tahun berikutnya, diperkirakan 63.000 orang meninggal.
Epidemi itu menjadi berita utama internasional ketika mencapai kota timur laut Harbin yang saat ini berada di Provinsi Heilongjiang.
Harbin pada waktu itu adalah bagian dari apa yang dikenal sebagai Manchuria, daerah yang luas. Daerah itu merupakan wilayah strategis secara pertanian, tetapi berpenduduk jarang.
Manchuria terletak di persimpangan wilayah pengaruh China, Jepang, dan Rusia. Akan tetapi, sebagian besar wilayah itu dikuasai China, sedangkan Jepang mengendalikan wilayah pelabuhan di sekitar Dalian dan Rusia mengoperasikan kereta api Manchuria.
Harbin sendiri adalah kota internasional sekaligus menjadi tempat tinggal bagi banyak orang Rusia yang bekerja untuk China Eastern Railway (CER).
CER menghubungkan Kereta Api Trans-Siberia ke kota pelabuhan Dalian yang dikuasai Jepang ketika itu.
Kota ini juga merupakan tempat tinggal bagi komunitas besar Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Eropa yang terlibat dalam perdagangan yang terhubung dengan kereta api.
Mereka memperdagangkan berbagai jenis komoditas termasuk perdagangan bulu. Dari industri bulu binatang inilah penyakit itu diduga berasal termasuk bulu marmut tarbagan (Marmota sibirica).
Marmut tarbagan adalah spesies hewan pengerat yang hidup sebagian besar di padang rumput Mongolia yang bertetangga dengan Manchuria.
Bangsa Eropa, Amerika dan Jepang telah lama membeli bulu musang dan bulu berang-berang dari pemburu lokal. Akan tetapi mereka tidak tertarik pada bulu kasar marmut tarbagan pada awalnya.
Berkat teknik pengolahan yang berkembang pada awal abad ini telah memungkinkan bulu marmut yang lebih kasar dijadikan alternatif yang terjangkau untuk bulu berkualitas baik.
Ribuan pemburu lokal nomaden ditugaskan oleh pembeli asing untuk mendatangkan kulit marmut, yang nilainya melonjak pada tahun-tahun sebelum virus menyebar. Para pemburu pedesaan telah lama menghindari marmut yang sakit untuk bahan makanan, tetapi tidak berpikir untuk menyingkirkan kulit dan bulu binatang yang sakit dan menjadikan bulunya sebagai komoditas.
Memang sulit untuk memastikan bulu binatang itu sebagai penyebab dari wabah Manchuria Raya. Tetapi hal itu dicatat secara resmi para dokter Rusia di Manzhouli, sebuah kota Mongolia Dalam di perbatasan China-Rusia.