Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Covid-19 di AS Nomor 1, tapi Kematian di Indonesia Lebih Tinggi

AS dengan jumlah kasus 524.514 memiliki CFR 3,90 persen. Bandingkan dengan Indonesia, 4.839 kasus dengan CFR 9,49 persen. Tingkat kematian itu lebih tinggi dari perkiraan awal WHO, bahwa CFR Covid-19 pada 3 Maret lalu 3,4 persen.
Petugas medis memeriksa kesiapan alat di ruang ICU Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Presiden Joko Widodo yang telah melakukan peninjauan tempat ini memastikan bahwa rumah sakit darurat ini siap digunakan untuk karantina dan perawatan pasien Covid-19. Wisma Atlet ini memiliki kapasitas 24 ribu orang, sedangkan saat ini sudah disiapkan untuk tiga ribu pasien./Antara
Petugas medis memeriksa kesiapan alat di ruang ICU Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Presiden Joko Widodo yang telah melakukan peninjauan tempat ini memastikan bahwa rumah sakit darurat ini siap digunakan untuk karantina dan perawatan pasien Covid-19. Wisma Atlet ini memiliki kapasitas 24 ribu orang, sedangkan saat ini sudah disiapkan untuk tiga ribu pasien./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Ada hal menarik jika dicermati data kasus Covid-19 yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2 di dunia atau global per hari Selasa (14/4/2020).

Amerika Serikat (AS) menjadi negara di posisi pertama di dunia dalam hal jumlah kasus, sebanyak 524.514 dengan 20.444 orang meninggal, sehingga tingkat kematian (CFR) 3,90 persen.

Di posisi kedua Spanyol dengan jumlah kasus 166.019, jumlah meninggal 16.972. sehingga CFR 10.22 persen. Adapun di posisi ketiga adalah Italia dengan jumlah kasus 156.363, dan 19.901 orang meninggal dengan CFR 12,73 persen. Kemudian, di posisi kelima ada Prancis dengan 94.382 kasus, 14.374 orang meninggal, dan CFR 15,23 persen.

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia berada di peringkat 36 dengan jumlah kasus 4.839, dan 459 orang meninggal, sehingga CFR 9,49 persen. Posisi Indonesia setingkat lebih rendah di bawah Filipina yang berada di posisi 35 dengan jumlah kasus 4.932, dan 315 orang meninggal dengan CFR 6,39 persen.

Kondisi Indonesia dan Filipina lebih buruk dibanding negara tetangga (negara Asean), Singapura yang berada di peringat 50 dengan jumlah kasus 2.532 dan pasien meninggal 8, sehingga CFR rendah yakni 0,32 persen.

CFR adalah tingkat fatalitas kasus, angka kematian karena penyakit tertentu pada waktu tertentu dibagi jumlah kasus penyakit tersebut.

AS dengan jumlah kasus  524.514 memiliki CFR 3,90 persen. Bandingkan dengan Indonesia, 4.839 kasus dengan CFR 9,49 persen. Tingkat kematian itu lebih tinggi dari perkiraan awal WHO, bahwa CFR Covid-19 pada 3 Maret lalu 3,4 persen.

Kasus Covid-19 di AS Nomor 1, tapi Kematian di Indonesia Lebih Tinggi

Pengendara sepeda melintas di samping spanduk penutupan jalan di Lingkar Jalan Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat, Senin (13/4/2020). Penutupan jalan alternatif stadion tersebut untuk mencegah penyebaran Covid-19./Antara

 Faktor yang Mempengaruhi

Ada banyak hal yang membuat CFR tinggi, seperti faktor imunitas tubuh terhadap virus SARS-CoV-2 yang pada umumnya anak muda lebih kuat dibanding kelompok lanjut usia.

Kemudian, faktor ketersediaan layanan kesehatan seperti rumah sakit yang mampu memberi pelayanan untuk pasien Covid-19, juga peralatan yang tersedia di rumah sakit itu untuk mendukung pengobatan pasien Covid-19.

Terkait rumah sakit, juga dibutuhkan ruangan dan kamar isolasi yang memang sangat dibutuhkan oleh pasien yang positif Covid-19. Tak ketinggalan, akses terhadap pengobatan dan tes diagnostik virus SARS-CoV-2, serta jumlah tenaga medis dan paramedis.

Jika rapid test virus corona memakan biaya berkisar ratusan ribu rupiah, dan test swab yang menggunakann PCR berkisar jutaan rupiah, maka akan sulit diakses seluruh masyarakat yang berisiko tinggi terpapar SARS-CoV-2.

Maka, setiap negara pun memiliki strategi sendiri untuk meredam Covid-19, seperti memberlakukan lockdown, rapid test massal tanpa melihat kelompok risiko tinggi, rapid test pada kelompok risiko tinggi yang kemudian ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab. Strategi ini yang dilakukan di Indonesia.

Selain, itu Indonesia juga memberlakukan pembatasan sosial bersakala besar (PSBB), bukan lockdown, di sepuluh kabupaten/kota: Jakarta, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Riau.

Pemberlakuan itu untuk memperkuat strategi di rumah saja yang sudah dilakukan sebelum pemberlakuan PSBB. Dengan PSBB, maka aktivitas orang dibatasi, karena bekerja, belajar, beribadah dilakukan di rumah. Warga ke luar rumah pakai masker, dan angkutan umum serta kendaraan pribadi diatur.

Memang, pemberlakuan PSBB baru di 10 daerah, dan ini diharapkan bisa mengendalikan laju penularan Covid-19 di antara penduduk. Sejauh ini, hamper seluruh provinsi di Indonesia terdampak Covid-19.

Kasus Covid-19 di AS Nomor 1, tapi Kematian di Indonesia Lebih Tinggi

Kasus Covid-19 di Indonesia per Selasa (14/4/2020) yang tercatat Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19.

Komorbiditas

Kasus Covid-19 sebanyak 4.839 kasus tesebar di 34 provinsi. Kasus terbanyak ada di Jakarta 2.335 kasus,  meninggal 241 orang, dan sembuh 163 orang.

Disusul Jawa Barat 530 kasus, meninggal 52 orang, dan 23 orang sembuh. Kemudian, Jawa Timur dengan 475 kasus, meninggal 41 orang, dan sembuh 76 orang.  Setelah itu ada di Provinsi Banten dengan 280 kasus, dan 22 orang meninggal, serta seorang sembuh.

Sekali lagi, persentase kematian di daerah-daerah tersebut cukup tinggi dibanding jumlah pasien yang sembuh. Perlu dicatat pula bahwa data-data itu adalah yang berhasil dideteksi di tengah masyarakat.

Bagaimana pula dengan yang tidak terdeteksi, mengingat keterbatasan akses pada pelayanan rumah sakit dan pemeriksaan virus corona?

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, Selasa (14//4/2020), menyebut bahwa pertambahan kasus Covid-19 akan terus terjadi, dan hampir semua provinsi sudah terdampak Covid-19.

“Ini keprihatinan mendalam, masih ada yang meninggal karena Covid-19. Tidak bisa berdiri sendiri mengatasinya, kita rapatkan barisan menyelesaikan masalah ini,” katanya.

Berdasarkan keterangan Yuri bahwa pasien-pasien Covid-19 yang meninggal itu bukan semata-mata menderita sakit karena virus SARS-CoV-2. Mereka juga mengalami penyakit lain atau penyakit penyerta (komorbiditas) yang memperberat kondisinya.

Beberapa penyakit penyerta itu adalah tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, penyakit paru seperti asma dan tuberculosis (TB), demam berdarah dengue (DBD).

Mereka yang mengalami riwayat penyakit penyerta ini akan makin buruk kondisinya bila terinfeksi virus corona.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper