Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Hibah Cicilan Utang untuk 25 Negara Terdampak Corona

Negara penerima hibah utang dari IMF termasuk dalam kelompok negara peminjam termiskin.
Karyawan memegang mata uang dolar AS di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Kamis (8/11/2017)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan memegang mata uang dolar AS di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Kamis (8/11/2017)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui memberikan keringanan utang untuk 25 negara anggota.
Langkah Dewan Eksekutif IMF itu merupakan bagian upaya anak usaha bank dunia itu membantu mengatasi dampak pandemi COVID-19.

"Ini memberikan hibah kepada anggota kami yang paling miskin dan paling rentan untuk menutupi kewajiban utang IMF mereka untuk fase awal selama enam bulan ke depan dan akan membantu mereka menyalurkan lebih banyak sumber daya keuangan mereka yang langka ke arah upaya darurat medis yang penting dan upaya bantuan lainnya," Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, Senin (13/4/2020) waktu setempat seperti dilansir Antara.

Sejumlah negara yang mendapat keringanan utang ini seperti Afghanistan, Benin, Burkina Faso, hingga Republik Afrika Tengah.

Langkah memberikan keringanan utang ini setelah IMF merubah Containment Containment and Relief Trust (CCRT) . Perubahan ini memungkinkan lembaga keuangan dunia memberikan hibah berupa keringanan utang jika terjadi bencana alam besar serta keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menyebar luas dan cepat.

CCRT saat ini memiliki ruang hibah hingga US$ 500 juta dalam bantuan keringanan utang berbasis hibah, menurut Georgieva.
"Saya mendesak donor lain untuk meningkatkan kemampuan kami untuk memberikan keringanan utang tambahan selama dua tahun penuh ke negara-negara anggota termiskin kami," katanya.

Georgieva mengatakan hanya tiga bulan lalu IMF memperkirakan pertumbuhan pendapatan per kapita positif di lebih dari 160 negara anggotanya pada 2020, tetapi sekarang memproyeksikan bahwa lebih dari 170 negara akan mengalami pertumbuhan pendapatan per kapita negatif tahun ini.

"Prospek suram berlaku untuk ekonomi maju dan berkembang. Krisis ini tidak mengenal batas. Semua orang sakit," katanya, seraya menambahkan krisis diperkirakan akan menghantam negara-negara yang rentan paling keras.
Sebelumnya, dalam pidato yang disampaikan minggu lalu, ketua IMF mengatakan pertumbuhan global akan berubah "sangat negatif" pada 2020. "Faktanya, kami mengantisipasi kejatuhan ekonomi terburuk sejak depresi hebat," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper