Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menyatakan kritiknya atas kegagalan administrasi pemerintahan Donald Trump terhadap sistem pengujian virus corona baru atau COVID-19 yang belum memadai.
“Social distancing membengkokkan kurva dan mengurangi tekanan pada profesional medis. Tetapi untuk mengubah kebijakan saat ini, kuncinya adalah sistem pengujian dan pemantauan yang kuat – sesuatu yangbelum kita lakukan di seluruh negeri,” kata Obama dalam sebuah cuitan Twitter.
Komentar mantan orang nomor satu di AS itu senada dengan rekomendasi dari World Health Organization (WHO) yang menyatakan bahwa jarak sosial memang langkah yang efektif, tetapi harus dibarengi dengan pengetesan yang luas untuk melawan pandemi ini.
AS saat ini sedang berjuang untuk mengimplementasikan pengetesan dalam skala luas, yang sebagian besar disebabkan oleh respons awal yang telah dari pemerintahan dalam mempersiapkan kedatangan virus corona baru tersebut.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dilaporkan telah mengirim kit uji yang salah pada bulan Februari lalu, yang menyebabkan AS memiliki kurva kasus yang buruk. Anthony Fauci, Director National Institute of Allergy and Infectious Diseases juga menyatakan bahwa AS telah gagal dalam hal ini.
Baru-baru ini, sebuah laporan serius dari Department of Health and Human Services juga memperingatkan penundaan berulang dan adanya masalah pada pengujian di rumah sakit di AS serta kekurangan pasokan yang parah.
Baca Juga
Adapun, Donald Trump seringkali merespons pernyataan tentang masalah pengujian virus corona dengan komentar yang tidak sesuai tentang ketersediaan tes. Pada 6 Maret misalnya, Trump mengatakan bahwa siapa pun yang membutuhkan tes bisa mendapatkannya, padahal hal itu tidak benar.
Pada sebuah konferensi pers dia juga mengklaim bahwa AS telah melampaui negara-negara lain dalam hal pengujian COVID-19 secara luas. “Kami telah melakukan 1,87 juta tes hingga saat ini. Pikirkan itu, 1 juta 870 ribu tes. Dan sekarang kami menampilkannya pada tingkat yang belum pernah dilihat siapa pun sebelumnya,” katanya.
Namun demikian, dengan jumlah total populasi Amerika Serikat yang mencapai angka 327 juta orang, dan baru kurang dari 2 juta orang yang dilakukan pengetesan, hal ini menempatkan AS berada jauh dari negara lain dalam hal pengujian virus per kapita.
Adapun, berdasarkan Worldometer hingga hari ini, Kamis (9/4) data statistik COVID-19 di Amerika Serikat telah mencapai angka lebih dari 430.000 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 14.000 kasus dan pasien sembuh sebanyak 22.000 kasus.