Bisnis.com, JAKARTA - Yudhistira cemas. Sudah delapan hari demamnya tak kunjung turun. Hasil pemeriksaan menyebutkan, dia tidak mengalami demam berdarah atau bahkan tipes. Akan tetapi terpapar virus.
“Tapi dokternya juga nggak bisa jawab [virus apa],” ceritanya lewat teleconference, Selasa (7/4/2020).
Yudhistira Muhammad adalah AVP B2C Postpaid Indosat Ooredoo. Selama demam tinggi, dia tetap melakukan aktivitas di kantornya. Delapan hari sakit, pria itu memberanikan diri menjalani serangkaian tes Covid-19 di RS Persahabatan, Jakarta.
Hasilnya baru keluar tujuh hari pascapemeriksaan. Dia dinyatakan positif virus Corona (Covid-19). Beruntung ,Yudhistira mengalami gejala ringan, sehingga langsung mendatangi Wisma Atlet untuk menjalani isolasi.
Wisma Atlet menjadi rumah sakit darurat yang disediakan pemerintah untuk menangani pasien terkena wabah tersebut. Gedung bekas kamar inap atlet Asian Games 2018 itu hanya menangani pasien Covid-19 dengan gelaja ringan. Bila tetiba pasien alami gejala berat, petugas akan merujuk ke rumah sakit rujukan seperti RSPI dan RS Persahabatan.
Tiap lantai, tiga perawat berjaga secara bergantian. Selain itu, seorang dokter dan petugas dari Kemenkes juga bersiaga dan memantau perkembangan pasien di beberapa lantai.
Baca Juga
Yudhistira mulai mendapat penanganan di RS Wisma Atlet sejak 27 Maret. Selama perawatan, dia hanya diberikan obat dan diminta makan secara teratur.
Tak banyak kontak dengan tenaga medis. Dia dan pasien lainnya berkomunikasi dengan perawat melalui pesan WhatsApp. Tiap pasien bahkan diberikan thermometer dan melaporkan suhu tubuh masing-masing tiap 2 jam sekali.
“Tidak semuanya dipantau. Namun, yang punya keluhan, baru datang perawatnya,” tuturnya.
Di awal masa isolasi, Yudhistira tak nyenyak tidur. Pikirannya melayang. Namun berpikir positif menurutnya perlu untuk membantu peningkatan imunitas diri.
Kini dirinya tinggal menunggu hasil tes kedua. Tes pertama pada 4 April, Yudhistira masih positif meski virus terlihat samar. Tujuh hari setelahnya, dia akan menjalani tes kedua guna mengetahui perkembangan kesehatan yang dialami.
“Doakan kami bisa beraktivitas seperti sedia kala lagi,” ujarnya.
Kondisi ini juga dialami Achmad Chaeruman. Pria itu merasakan demam tinggi dan sakit kepala pada awal bulan lalu. Obat biasa yang dikonsumsi juga tak berdampak besar. Kondisi ini berlangsung selama satu pekan hingga dia meminta diopname.
Beberapa hari dirawat, petugas medis dari dinas kesehatan menyarankannya untuk swab test. Lima hari berselang, dia dinyatakan positif oleh rumah sakit. Alhasil penyembuhannya dilakukan di Wisma Atlet.
“Waktu itu Wisma Atlet baru dibuka, kita angkatan pertama tanggal 23 Maret malam masuk dan tanggal 24 Maret pagi jam 3 dapat kamar,” sebutnya.
Achmad tak menjalani terapi khusus. Perawatan yang dilakukan hanya makan teratur dan minum obat. Dia juga menambah konsumsi madu dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Selebihnya adalah berjemur di lantai atas atau lewat jendela. Perbincangan sederhana dengan sesama pasien saat berjemur juga menjadi salah satu obatnya. “Obatnya adalah bahagia,” begitu katanya.
Selama masa isolasi, seluruh pasien tidak diizinkan berjumpa dengan keluarga. Pengiriman paket apapun hanya sampai di petugas pos. Meski semula tak biasa, Achmad belakangan maklum dengan kondisi itu.
Dia juga menghindari aktivitas bercermin juga menimbang berat badan. Keputusan itu agar tetap berfokus pada proses penyembuhan. Pun begitu, perlahan dia menikmati kondisi yang ada.
“Pelajarannya adalah semakin dekat dengan pencipta kita, makin asik dengan Allah. Kedua, sabar tawakkal sehingga tidak panik. Doa dan dukungan keluarga, teman, sahabat sangat membantu menyemangati kita,” tuturnya.
Achmad dan Yudhistira hanya dua dari ratusan pasien yang dirawat di Wisma Atlet. Hingga hari ini, setidaknya 522 orang dirawat di sana. Jumlah tersebut terdiri dari 334 pasien laki-laki dan 188 perempuan.
Adapun orang dalam pengawasan (ODP) dan pasien dalam perawatan (PDP) berjumlah masing-masing 50 dan 138 pasien.
Sementara itu, pasien positif Covid yang dirawat mencapai 334 orang. Secara nasional, 2.957 pasien dinyatakan positif Corona per 8 April 2020. Dari total tersebut, 222 orang sembuh dan 240 lainnya meninggal dunia. Adapun persentase pasien meninggal dengan pengidap positif Covid-19 mencapai 8,12 persen atau nomor tiga tertinggi di dunia setelah Italia dan Spanyol.
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Ahmad Yurianto berulangkali menyebut meningkatnya jumlah pasien terjadi akibat ketidakdisiplinan masyarakat menjaga jarak sosial termasuk menjaga jarak fisik.
"Physical distancing ini dalam beberapa hari terakhir masih terkendala dengan disiplin yang masih belum terbangun bersama di tengah masyarakat," katanya.
Kelompok masyarakat sebagian masih abai terhadap aturan physical distancing. Seperti mengabaikan imbauan tidak ke luar rumah, abai terhadap larangan berkumpul dan tidak mengindahkan imbauan cuci tangan.
"Saat ini dirasa perlu oleh pemerintah untuk memperkuat Social Distancing mengingat kepentingannya sebagai kunci sukses pengendalian pandemi Covid-19," tuturnya.