Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Revisi PP 19/2012 untuk Bebaskan Koruptor Dinilai Lukai Rasa Keadilan

Pengamat hukum administrasi negara dari Universitas Nusa Cendana Johanes Tuba Helan mengatakan, rencana revisi PP 19/2012 sama sekali tidak mencerminkan rasa keadilan.
Tersangka kasus tindak pidana korupsi yang telah ditahan oleh KPK diborgol saat akan menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Rabu (2/1/2019). KPK menerapkan pemborgolan tahanan ketika berada di luar rumah tahanan untuk menjalani proses pemeriksaan maupun menjalani persidangan di pengadilan Tipikor./ANTARA-Hafidz Mubarak A
Tersangka kasus tindak pidana korupsi yang telah ditahan oleh KPK diborgol saat akan menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Rabu (2/1/2019). KPK menerapkan pemborgolan tahanan ketika berada di luar rumah tahanan untuk menjalani proses pemeriksaan maupun menjalani persidangan di pengadilan Tipikor./ANTARA-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, KUPANG - Rasa keadilan bisa jadi akan terkoyak jika pemerintah memutuskan untuk merevisi PP 19/2012 demi membebaskan narapinda korupsi alias para koruptor.

Pengamat hukum administrasi negara dari Universitas Nusa Cendana Johanes Tuba Helan mengatakan, rencana revisi PP 19/2012 sama sekali tidak mencerminkan rasa keadilan.

"Kalau koruptor harus dibebaskan dengan alasan pencegahan penyebaran Covid-19, kurang tepat dan tidak mencerminkan rasa keadilan," kata Johanes Tuba Helan kepada ANTARA di Kupang, Jumat (3/4/2020).

Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan rencana Kementerian Hukum dan HAM merevisi Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 Tahun 2012 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan Hak Warga binaan pemasyarakatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lembaga pemasyarakatan.

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan akan mengajukan revisi PP nomor 99 tahun 2012 dalam rapat terbatas kabinet agar narapidana narkotika dan korupsi bisa mendapatkan pelepasan guna mencegah virus Corona (Covid-19).

Hal ini merupakan kelanjutan dari kebijakan Permenkumham nomor 10 tahun 2020 tentang syarat pemberian asimilasi dan hak integrasi bagi narapidana dan anak dalam rangka pencegahan dan penanggulangan penyebaran Covid-19.

Dalam Permenkumham tersebut hanya narapidana kasus pidana umum saja yang bisa mendapatkan pelepasan.

Johanes Tuba Helan mengatakan bahwa Covid-19 lebih berpotensi menyerang mereka yang berusia lanjut, apalagi yang berusia 60 tahun ke atas.

"Saya pikir Covid-19 lebih berpotensi menyerang mereka yang berusia lanjut, sehingga kurang tepat kalau mereka dibebaskan," katanya.

Menurut dia, lebih bijaksana jika mereka ditempatkan di lapas khusus, supaya penanganannya lebih fokus jika terserang Covid-19. 

Sebelumnya, Menkumham menyampaikan usulan revisi tersebut saat rapat dengan Komisi III DPR RI. Dalam revisi tersebut program asimilasi juga akan dilanjutkan untuk napi tindak pidana khusus (tipidsus), seperti korupsi dan narkotika, guna mengurangi beban lapas dalam mencegah penyebaran virus Corona.

Untuk narapidana kasus narkotika diusulkan bagi napi dengan masa pidana 5-10 tahun dan telah menjalani 2/3 masa pidananya sebanyak 15.442 orang, napi korupsi usia 60 tahun ke atas yang telah menjalani 2/3 masa pidana sebanyak 300 orang.

Selain itu, napi tipidsus dengan sakit kronis yang dinyatakan rumah sakit pemerintah yang telah menjalani 2/3 masa pidana yaitu 1.457 orang termasuk di dalamnya napi WNA sebanyak 53 orang, kata Yasonna melalui teleconference bersama Komisi III DPR, Rabu (1/4/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper