Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperingatkan warga Amerika akan datangnya periode yang "menyakitkan" selama dua pekan ke depan seiring dengan meluasnya penyebaran virus corona (Covid-19) di seantero negeri.
"Kekuatan kita akan diuji, daya tahan kita akan diuji coba,” tutur Trump dalam suatu briefing harian di Gedung Putih pada Selasa (31/3/2020) waktu setempat, seperti dilansir Bloomberg.
Sikap Trump yang terkesan muram ini sangat kontras dengan nada optimistis yang acapkali diproyeksikannya dalam beberapa kesempatan sebelumnya.
Deborah Birx, pejabat tinggi kesehatan masyarakat yang mengoordinasikan satuan tugas virus corona Gedung Putih mengatakan sebanyak 200.000 warga Amerika diperkirakan akan meninggal dalam wabah Covid-19.
Dikutip dari www.worldometers.info, jumlah kasus di Negeri Paman Sam melonjak sebanyak 23.161 menjadi 186.949 kasus hingga Selasa (31/3/2020) malam waktu GMT atau Rabu (1/4/2020) pagi WIB, 3.832 orang di antaranya meninggal dan 6.403 sembuh.
Lonjakan tersebut semakin memantapkan posisi negeri berekonomi terbesar di dunia itu sebagai negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia.
Baca Juga
Sebagian besar jumlah kasus Covid-19 di Negeri Paman Sam datang dari New York. Pada Selasa, New York melaporkan 9.300 kasus baru yang membawa total jumlah kasus di negara bagian AS ini mencapai sekitar 76.000.
Pada hari yang sama, Wali Kota New York, Bill de Blasio menyerukan para ahli bedah plastik, ahli bedah mulut, dan dokter hewan untuk menyumbangkan ventilator cadangan. New York, dikatakan olehnya, tengah dalam "upaya perang" yang mengharuskan siapa pun untuk berkontribusi.
“Jika Anda memiliki ventilator di kantor Anda, di ruang operasi Anda, kami membutuhkannya sekarang,” ujar de Blasio. Spesialis medis terkadang menggunakan ventilator selama prosedur bedah.
Di California, Gubernur Gavin Newsom mengatakan negara bagian ini akan memberikan panduan tentang penggunaan masker wajah yang meluas.
Newsom juga mengatakan ada manfaat potensial rekomendasi untuk penggunaan publik yang luas. Ia mengingatkan bahwa sebanyak 40 juta penduduk di negara bagian ini sudah kekurangan masker untuk pekerja kesehatan.
Pada Senin (30/3/2020), Trump mengatakan pemerintah AS kemungkinan akan memperluas larangan perjalanan (travel ban) di tengah upaya pencegahan penyebaran Covid-19, yang disebabkan virus corona jenis baru itu.
Larangan ini telah terlebih dahulu memengaruhi Eropa, China, serta beberapa negara lain. Sehari sebelumnya, Trump mengumumkan bahwa imbauan jaga jarak (social distancing) akan diperpanjang hingga 30 April.
Sementara itu, Direktur National Institute for Allergy and Infectious Disease Anthony Fauci pada Minggu (29/3/2020) mengatakan jutaan warga Amerika dapat terinfeksi virus tersebut dan angka kematian akibat di AS dapat mencapai 200.000.
“Melihat kondisi saat ini, kita melihat 100.000-200.000 kematian. Tapi, kita tidak bisa membuat proyeksi ketika angkanya terus berubah, kita bisa saja keliru," paparnya dalam sebuah acara di CNN, seperti dilansir Bloomberg.
Perkiraannya tentang angka kematian sebanyak 200.000 jiwa “dapat sepenuhnya dibayangkan” jika upaya untuk membendung pandemi corona gagal dilakukan.