Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur China Rebound, Permintaan Ekspor Antre

Biro Statistik Nasional merilis purchasing managers’ index (PMI) yang naik ke angka 52,0 pada Maret 2020, dari rekor terendah 35,7 pada Februari.
Manufaktur China/Bloomberg
Manufaktur China/Bloomberg

Bisnis.com,JAKARTA - Aktivitas manufaktur China mengalami rebound yang menandakan bahwa ekonomi terbesar kedua dunia itu kembali pulih setelah menghadapi ancaman merosotnya permintaan global.

Biro Statistik Nasional merilis Purchasing Managers’ Index (PMI) yang naik ke angka 52,0 pada Maret 2020. Angka itu naik dari rekor terendah 35,7 pada Februari. PMI di atas 50 menandakan perbaikan kondisi. Indeks yang mencakup layanan dan konstruksi di Negeri Panda tersebut berada di 52,3.

Sementara kenaikan mengindikasikan sentimen yang lebih baik di pabrik-pabrik China, output tetap jauh dari normal. Survei tersebut menanyakan kepada perusahaan bagaimana jalannya bisnis dibandingkan dengan bulan lalu. Hasilnya, perusahaan di China menyatakan keadaan telah membaik.

Namun demikian, China diperkirakan masih akan mengalami kontraksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kuartal ini. Prospek untuk periode April-Juni tergantung pada seberapa cepat permintaan domestik dapat pulih dan kekuatan permintaan dari pasar luar negeri seperti AS yang masih bergelut dengan lonjakan jumlah kasus.

"Angka di atas 50 tidak berarti kegiatan ekonomi sepenuhnya dilanjutkan. Kita perlu sepenuhnya memahami penghematan dan kerumitan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan harus memberi perhatian besar pada guncangan virus pada produksi dan permintaan," kata Zhang Liqun, seorang peneliti di Pusat Informasi Logistik China.

Pabrik-pabrik China, yang mengalami pemberhentian operasi selama berminggu-minggu pada Februari, kini menghadapi pesanan ekspor yang dibatalkan ketika pandemi itu melanda seluruh dunia.

"Sementara manufaktur PMI rebound cepat pada bulan Maret, survei menunjukkan perusahaan masih menghadapi tekanan operasional yang relatif besar," kata National Bureau of Statistics of China dalam sebuah pernyataan.

Badan tersebut menambahkan bahwa lebih banyak perusahaan melaporkan kekurangan dana dan penurunan permintaan daripada pada Februari.

"Penyebaran virus global akan menghantam ekonomi dunia dan perdagangan dengan serius dan membawa tantangan baru yang berat bagi ekonomi China," ujarnya.

Sementara itu, angka subindeks pesanan ekspor baru naik menjadi 46,4 pada Maret, dibandingkan dengan 28,7 pada bulan lalu. Selain itu, indikator ketenagakerjaan manufaktur naik dari 31,8 pada Februari menjadi 50,9 pada Maret. Sementara itu, Bloomberg Economics memperkirakan China telah kembali pada kapasitas produksi sekitar 90 persen pada pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper