Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

India Lockdown, Ini Kondisi Market di Tengah Ancaman Covid-19

India mendapat sedikit angin segar dari market di tengah cekaman virus Corona. Indeks S&P BSE Sensex dilaporkan meningkat 2,7 persen pada Selasa (24/3/2020) siang waktu Mumbai.
Gedung National Stock Exchange (NSE) di Mumbai, India./nseindia.com
Gedung National Stock Exchange (NSE) di Mumbai, India./nseindia.com

Bisnis.com JAKARTA - India mendapat sedikit angin segar dari market di tengah cekaman virus Corona. Indeks S&P BSE Sensex dilaporkan meningkat 2,7 persen pada Selasa (24/3/2020) siang waktu Mumbai. Sebelumnya indeks mengalami penurunan sebesar 1,3 persen.

Menurut Bloomberg, Selasa, peningkatan ini tercermin dari Indeks NSE Nifty 5. Kedua indeks turun 13 persen di sesi perdagangan sebelumnya akibat terpaan Covid-19 yang mencapai 400-an kasus di negara tersebut. MSCI Asia Pacific Index naik 4,1 persen pada hari Selasa karena saham regional rebound.

Perdana Menteri Narendra Modi dan jajaran pemerintahan telah memerintahkan lockdown sepanjang akhir pekan yang dapat memperburuk kondisi ekonomi yang melambat dalam satu dekade terakhir.

India mencatatkan 467 kasus Covid-19 dan tujuh orang dinyatakan meninggal dunia. Beberapa pakar menyebutkan India akan mengalami hal yang sama dengan Italia. Penularan virus di India diperkirkan meningkat hingga menyebabkan pasien di rumah sakit membeludak.

Pakar ekonomi Oxford Economics telah memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi India sepanjang Januari - April menjadi 3 persen. Angka yang bahkan tidak pernah terekam saat krisis keuangan global terburuk

Sementara itu, bank sentral minggu lalu mengumumkan langkah-langkah untuk meningkatkan likuiditas sambil menahan penurunan suku bunga.

Dalam laporan pada Senin (23/3), India mengizinkan perusahaan untuk menggunakan dana filantropi mereka untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Kementerian Urusan Korporat mengumumkan dana tersebut dapat digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan Covid-19, termasuk sosialisasi perawatan kesehatan dan sanitasi.

Sebanyak 21.397 perusahaan membelanjakan lebih dari 136 miliar rupee (US$1,8 miliar) untuk program sosial hingga Maret 2018.

Langkah itu dilakukan mengikuti pertimbangan pemerintah memberikan stimulus fiskal untuk menopang ekonomi.

"Perusahaan perlu memastikan alokasi untuk CSR mereka, tidak hanya dibelanjakan tetapi bisa melampaui dari itu," kata Rajeev Ahuja, seorang ekonom pembangunan. "Mereka dapat menghabiskan lebih banyak untuk kampanye kesadaran praktik hidup bersih dan menjaga jarak sosial," lanjutnya.

Sejumlah perusahaan diwajibkan mengalokasikan 2 persen dari laba rata-rata mereka selama tiga tahun untuk kepentingan CSR, termasuk dukungan jika terjadi bencana nasional.

Kegiatan untuk mendukung perang melawan virus Corona dinilai menjadi layak untuk masuk ke dalam kegiatan CSR.

"Ini akan mengarah pada pemanfaatan dana yang lebih baik karena perusahaan sebelumnya tidak dapat memenuhi persyaratan CSR wajib sebesar 2 persen," kata Amit Maheshwari, managing partner di Ashok Maheshwari & Associates, sebuah perusahaan akuntan yang disewa di Gurugram, dekat New Delhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper