Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-Gara Corona, 20 Persen Populasi Global Hadapi Lockdown

Sekitar satu dari lima orang di seluruh dunia berada dalam kondisi lockdown. Mereka diperintahkan untuk tetap di rumah ketika dunia memasuki pekan kritis dalam menanggapi pandemi virus Corona yang semakin meningkat.
Suasana kota Manila sepi setelah Pemerintah Filipina menerapkan karantina wilayah atau lockdown menyusul penyebaran virus corona di negara bekas koloni Spanyol tersebut./Istimewa
Suasana kota Manila sepi setelah Pemerintah Filipina menerapkan karantina wilayah atau lockdown menyusul penyebaran virus corona di negara bekas koloni Spanyol tersebut./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar satu dari lima orang di seluruh dunia berada dalam kondisi lockdown. Mereka diperintahkan untuk tetap di rumah ketika dunia memasuki pekan kritis dalam menanggapi pandemi virus Corona yang semakin meningkat.

Negara-negara dari Inggris hingga Afrika Selatan menggalakkan upaya untuk menekan penyebaran virus dengan menerapkan kebijakan ketat agar masyarakat tinggal di rumah. Itu terjadi bahkan ketika China bersiap untuk mengangkat aturan lockdown di Wuhan, kota yang menjadi pusat wabah virus Corona.

Dilansir Guardian, Britania Raya baru saja memberlakukan lockdown sejak Senin (23/3/2020) dini hari.

Kebijakan ini juga melarang untuk sementara diadakannya pertemuan, acara olahraga, yang dijaga ketat oleh polisi.

"Sebagian toko, taman bermain, perpustakaan dan tempat-tempat lainnya ditutup," kata Perdana Menteri Boris Johnson dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip Guardian, Selasa (24/3/2020).

Johnson memperingatkan orang-orang hanya akan diizinkan keluar untuk membeli makanan atau obat-obatan, berolahraga sendirian sekali sehari, atau bepergian ke tempat kerja jika benar-benar diperlukan.

Beberapa jam setelah lockdown di Inggris berlaku, China mengumumkan bahwa pembatasan di provinsi Hubei akan dicabut pada Rabu (25/3/2020), kecuali untuk kota Wuhan, yang menjadi pusat epidemi. Wuhan telah berada dalam status lockdown sejak 23 Januari.

Di AS, sekitar 40 persen dari populasinya kini dibatasi untuk berkegiatan di luar. Undang-undang untuk menindak penimbun pasokan medis pun diberlakukan.

Namun, Presiden Donald Trump nampaknya kurang setuju dengan kebijakan lockdown yang dapat berlangsung hingga beberapa bulan ke depan, mengingat tingginya angka positif Covid-19 di AS, mencapai 44.000.

"Negara kita tidak dibangun untuk ditutup. Ini bukan negara yang dibangun untuk kondisi seperti itu," kata Trump.

Trump mengatakan bahwa dia ingin ekonomi AS dibuka kembali dalam beberapa pekan, dan menolak mengatakan apakah dia akan mengikuti saran dari otoritas kesehatan masyarakat tentang lockdown, dengan ada atau tidaknya dampak merusak pada ekonomi.

Di Australia, angka kasus Covid-19 terus bertambah setelah pemerintah pada Kamis (19/3/2020), mengizinkan sebuah kapal pesiar untuk berlabuh dan semua 2.700 penumpang diizinkan untuk turun.

Lebih dari 130 penumpang kapal tersebut telah didiagnosis Covid-19, termasuk satu yang meninggal pada Selasa (24/3/2020).

Sementara itu, otoritas Italia melaporkan penurunan kedua berturut-turut angka kematian perhari dari Covid-19.

Sampai dengan Senin (23/3/2020), ada 601 kematian dan 4.789 kasus baru di Italia, turun dari 6.557 pada Sabtu (21/3/2020).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Saeno
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper