Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Singapura tengah mempertimbangkan penggunaan dana cadangan untuk menopang sektor bisnis yang terpukul wabah virus corona.
Presiden Halimah Yacob mengatakan pukulan paling keras menimpa sektor pariwisata Negeri Singa.
"Banyak perusahaan kami, terutama yang terkait dengan industri pariwisata. Namun juga lebih luas lagi sektor-sektor lain, berdarah-darah karena rantai pasokan yang terganggu, permintaan turun dengan cepat dan pengetatan arus kas," kata Halimah dalam keterangannya, Rabu (12/3/2020).
Dilansir Bloomberg, Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat telah mengisyaratkan kemungkinan memanfaatkan cadangan masa lalu untuk paket stimulus kedua guna memerangi dampak ekonomi dari virus tersebut.
Negara kota ini bulan lalu telah mengalokasikan 6,4 dolar Singapura miliar ( US$4,6 miliar) dalam dukungan untuk respons medis serta dua paket khusus untuk membantu bisnis dan konsumen.
"Jika kesehatan masyarakat kami dipertaruhkan dan kesejahteraan rakyat kami terpengaruh, kami perlu melakukan yang diperlukan," kata Halimah.
Dia juga mencatat bahwa jatuhnya harga minyak telah memperburuk situasi ini. Di bawah konstitusi, presiden dapat memveto atau tidak setuju dengan proposal pemerintah di bidang-bidang termasuk masalah fiskal yang berkaitan dengan cadangan. Konstitusi juga melindungi cadangan masa lalu, yang diakumulasikan berdasarkan ketentuan pemerintah sebelumnya.
Singapura tidak mengungkapkan jumlah total cadangannya. Sementara bank sentral dan Temasek Holdings Pte, perusahaan investasi negara kota, menerbitkan ukuran dana yang mereka kelola. Namun tidak demikian dengan perusahaan kekayaan negara, GIC Pte.
Pemerintah mengambil pendekatan yang hati-hati dalam menggunakan cadangan dan mengatakan bahwa keputusan ini dipertimbangkan dengan bijak. Alasannya bahwa cadangan Singapura dalam kondisi siap untuk melindungi ekonomi di saat krisis.
Terakhir kali pemerintah memanfaatkan cadangan itu yakni pada Januari 2009, ketika Singapura menghadapi resesi terburuk di tengah krisis keuangan global. Pemerintah kemudian menggunakan cadangan sebesar 4,9 miliar dolar Singapura untuk membantu mendanai sektor properti, pajak pribadi, serta pemberian uang tunai untuk membantu bisnis dan pekerja.
Singapura, yang mempertahankan hubungan perdagangan dan pariwisata yang erat dengan China, termasuk di antara negara-negara pertama yang merespons secara agresif wabah ini. Penghitungan global dari kasus virus corona yang dikonfirmasi saat ini telah melonjak menjadi hampir 125.000, dengan lebih dari 4.600 kematian dan meningkatnya hot spot di Eropa.