Bisnis.com, JAKARTA - Antrian pembeli mengular di JakMart Pasar Pramuka selepas Perumda Pasar Jaya resmi menggelar operasi pasar masker pada Kamis (5/3/2020).
Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin menjamin setelah operasi pasar dengan menerjunkan 1 juta masker terselenggara, maka harga masker di Pasar Pramuka akan sama, sekitar Rp125.000 per boks atau Rp2.500 per buahnya.
"Besok di-drop di gudang kita. Kalau masalah distribusinya nanti ada polanya, sehingga kemudian itu enggak menjadi tiba-tiba habis gitu. Kita benar-benar kontrol," terangnya ketika ditemui di Pasar Pramuka.
Langkah lain dari JakMart untuk mencegah spekulan, yakni memberlakukan pembatasan satu boks masker untuk seorang pembeli, dengan syarat menggunakan KTP.
Selain itu, belajar dari hasil sidak Polda Metro Jaya di Pasar Pramuka di mana ditemukan penjualan masker ilegal, Arief memastikan seluruh masker yang dijual di Pasar Pramuka memenuhi standar Departemen Kesehatan.
Namun demikian, dengan berbagai upaya yang telah dilakukan Pasar Jaya, Arief tetap tak bisa menjamin kestabilan harga akan tercapai. Oleh sebab itu, Arief mengimbau agar masyarakat tak perlu panik dan buru-buru membeli masker.
Baca Juga
"Jangan panik karena sekali lagi, sudah banyak hal yang di-share di youtube, di mana-mana, informasi di media, media cetak juga, saya pikir kalau kita imunnya bagus, tidak perlu kemudian panik, beli masker berlebihan, akhirnya kita ada psikis, takut ketularannya cepat, itu malah berbahaya. Saya bilang let it flow saja," ungkapnya.
Ketua Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka Edy Haryanto mengonfirmasi sebanyak 240 toko alat kesehatan di Pasar Pramuka telah menyepakati harga jual dengan Pasar Jaya dan menjamin tak ada lagi stok masker tanpa standar.
Edy mengakui bahwa sebelumnya beberapa penjual di Pasar Pramuka memang mematok harga masker per boks hingga mencapai kisaran Rp300.000.
"Kemarin memang keterbatasan stok, kami minta pabrikan memang sedang kosong. Jadi selama ini bahan baku diimpor dari China sementara kebutuhan di China sudah tidak ada," jelasnya dalam kesempatan yang sama.
"Belakangan di bulan Februari kita ada sedikit pengiriman, kemudian pedagang sudah mulai berdagang dengan harga yang memang agak berubah. Semua ini persoalan mekanisme pasar, kita gak bisa atur harga, ketika masyarakat membutuhkan tapi suplai dikit harganya tentu jadi lebih mahal," tambahnya.
Oleh sebab itu, Edy mengapresiasi kebijakan Pemprov DKI Jakarta lewat Pasar Jaya dalam rangka membawa masker kepada harga yang masih rasional.
Edy pun telah membuat kebijakan pembatasan grosir di Pasar Pramuka, yakni lima boks masker dengan syarat membawa purchase order (PO).
Dirinya memperkirakan dengan animo pembeli masker dibandingkan stok yang ada, harga murah bisa bertahan dalam satu minggu ke depan, "Ya, satu minggu bisa [bertahan]. Kalau itu [masker] ditaruh di depan juga sebentar habis."
Sementara terkait masker ilegal, Edy menjelaskan bahwa sebenarnya beberapa pedagang bukannya menjual masker palsu, namun hanya masker yang tidak sesuai standar.
"Misalnya [masker] yang dua lapis. Itu kan sebenarnya ada juga, tapi memang hanya untuk menghalau debu. Kalau kasus [penjualan] masker bekas pakai, saya kira di sini tidak ada. Coba dicek dulu saja masker dalam kemasannya ketika membeli. Kalau menemukan yang agak kotor walau sedikit, jangan dibeli," jelasnya.