Bisnis.com, JAKARTA – Wabah virus Corona (Covid-19) mengancam kinerja Apple. Target pendapatan kuartalan raksasa teknologi asal Amerika Serikat ini berisiko meleset karena perlambatan kerja dan lesunya permintaan untuk smartphone.
Perusahaan mengatakan bahwa pasokan iPhone, yang menghasilkan sebagian besar pendapatan Apple, untuk sementara ini dibatasi karena produksi meningkat lebih lambat daripada yang diantisipasi.
“Aktivitas kerja mulai kembali di seluruh negeri, tetapi kami mengalami proses kembali yang lebih lambat ke kondisi normal daripada yang kami perkirakan,” terang perusahaan dalam sebuah pernyataan pada Senin (17/2/2020), seperti dilansir Bloomberg.
Selain itu, permintaan untuk iPhone telah berkurang karena toko-toko di China ditutup ataupun beroperasi dengan jam kerja yang berkurang dan sedikit pelanggan.
Apple telah memproyeksikan pendapatan senilai US$63 miliar hingga US$67 miliar untuk kuartal kedua tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2020. Adapun rata-rata analis memperkirakan pendapatan senilai US$65,23 miliar, menurut data yang dihimpun Bloomberg.
Ketika mengumumkan targetnya itu pada Januari, Apple mengatakan bahwa mereka mengantisipasi pembukaan kembali pabrik-pabrik mulai 10 Februari.
Baca Juga
Namun proses itu berjalan lambat karena pekerja-pekerja pabrik dan mitra-mitra manufaktur berupaya membendung virus, yang hingga kini telah merenggut lebih dari 1.800 nyawa di China, itu menyebar lebih jauh.
Perusahaan yang berbasis di Cupertino, California, ini tidak mengatakan bagaimana prospek pendapatan barunya untuk kuartal yang berakhir Maret. Tapi situasi ini dikatakan tengah berkembang.
“Mereka adalah satu-satunya perusahaan besar dengan eksposur pada China, sehingga mereka berupaya untuk melalui dampak terhadap apa yang sebagian besar merupakan kesuksesan bagi perusahaan selama satu dekade terakhir,” ujar analis Gene Munster.
Apple adalah satu-satunya raksasa teknologi AS yang menawarkan sebagian besar produk dan layanannya di China. Produk-produk dari perusahaan besar lain seperti Facebook Inc., Alphabet Inc., Google, Amazon.com Inc., dan Netflix Inc. diketahui terbatas atau tidak tersedia.
Tetap saja, Apple bukan satu-satunya perusahaan teknologi ternama yang terkena dampak virus corona. Nintendo Co. kemungkinan akan bergulat dengan produksi perangkat game Switch-nya karena virus ini, sementara Facebook sebelumnya mengatakan akan mengalami penurunan produksi headset Oculus VR-nya akibat epidemi tersebut.
Bagaimana pun, di luar China, Apple mengatakan bahwa penjualan produk dan layanannya tampak kuat hingga saat ini dan sesuai dengan ekspektasi perusahaan.
Kendati target pendapatannya kemungkinan meleset, perusahaan mengatakan bahwa fasilitas manufaktur untuk iPhone di Negeri Tirai Bambu telah dibuka kembali.
Selain kendala iPhone, Apple juga menyebutkan ketidakmampuannya untuk menjual produk-produk di toko ritel dan mitranya di China karena virus tersebut. China mewakili pasar terbesar ketiga Apple dalam hal pendapatan dan memiliki 42 toko, yang telah ditutup hampir sepanjang Februari.
"Toko-toko yang buka telah beroperasi dengan jam yang berkurang dan dengan lalu lintas pelanggan yang sangat rendah. Secara bertahap kami membuka kembali toko-toko ritel kami dan akan terus melakukannya semantap dan secermat yang kami bisa,” ungkap Apple dalam pernyataannya.
Menurut Apple, contact center dan kantor perusahaan di China telah dibuka kembali. Perusahaan juga telah membuka beberapa toko di China, termasuk di Beijing dan Shanghai, tetapi dengan jam operasional terbatas.