Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah kasus virus corona yang didiagnosis secara resmi di provinsi Hubei, China, naik 45 persen menjadi hampir 15.000.
Angka baru ini didapat setelah Pemerintah Provinsi Hubei menambahkan kasus yang dikonfirmasi melalui pemindaian pencitraan, bersamaan dengan data dari alat pengujian asam nukleat.
Lonjakan dadakan ini membalikkan tren pertumbuhan dari sebelumnya dan berhasil mengejutkan pasar. Alhasil, saham berjangka AS melemah, diikuti dengan pergerakan yuan offshore dan yen menguat.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Komisi Kesehatan Nasional Hubei mengungkapkan pihaknya akan mengacu pada diagnosa klinis berdasarkan CT Scan. Sebelumnya, banyak pasien dengan gejala seperti pneumonia yang ditemukan melalui CT scan, tidak dapat didiagnosa positif tanpa tes asam nukleat tambahan.
Provinsi Hubei adalah pusat dari wabah. Fasilitas layanan kesehatan provinsi tersebut dipadati masyarakat. Setelah mengantri berjam-jam untuk mendapatkan tes asam nukleat, orang biasanya langsung meninggalkan rumah sakit jika hasil tesnya negatif, bahkan jika gejala lain seperti demam dan batuk terlihat jelas.
Dari 14.840 kasus baru, 13.332 diantaranya berasal dari kategori baru diagnosis klinis menggunakan CT scan. Jumlah kematian di Hubei naik 242, di mana 135 kasus berasal dari metode diagnosis baru.
Sayangnya, hingga saat ini tidak kejelasan terkait dengan perhitungan periode waktu dan jumlah kasus dalam kategori baru terdeteksi.
Lonjakan jumlah dan implikasi bahwa ribuan kasus sebelumnya tidak diungkapkan oleh provinsi Hubei kemungkinan akan meningkatkan kemarahan publik terhadap penanganan krisis pemerintah.
Baik pejabat pemerintah daerah dan pusat dituduh menunda informasi tentang virus baru pada hari-hari awal epidemi. Sementara itu, delapan dokter yang mencoba menyebarkan berita patogen ditegur oleh otoritas lokal yang kemudian justru dibenarkan oleh Mahkamah Agung.
Awal pekan ini, Provinsi Hubei mencopot dua pejabat Komisi Kesehatan Provinsi, yakni Liu Yingzi dan Zhang Jin akibat penanganan kasus virus corona.