Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilih Negara Terbaik Belajar Bahasa Asing

Warga negara Indonesia lebih memilih kuliah di luar negeri karena kuliah di luar negeri lebih mentereng dibanding dalam negeri.
Siswa Sekolah Menengah Atas Santa Ursula Bumi Serpong Damai membaca koran Bisnis Indonesia saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Selasa (16/5)./JIBI-Dedi Gunawan
Siswa Sekolah Menengah Atas Santa Ursula Bumi Serpong Damai membaca koran Bisnis Indonesia saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Selasa (16/5)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Singapura menjadi negara prioritas bagi pendidikan bahasa asing terutama dalam mendukung tren anak muda melancong studi ke luar negeri.

Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Arief Rachman mengatakan keinginan siswa di Indonesia melanjutkan sekolah di luar negeri sebenarnya didasarkan pada keunggulan sistem dan bidang studi yang ditawarkan oleh institusi luar tersebut.

Menurut Arief, mereka yang memilih kuliah di luar negeri umumnya hanya karena faktor prestise tanpa mempedulikan kualitas kampus. Oleh sebab itu, harus dilakukan pembinaan bagi peserta didik untuk meluruskan orientasi dalam memilih jurusan.

Arief memerinci ada tiga motif anak sekolah memilih institusi pendidikan di luar negeri. Pertama, karena menganggap kuliah di luar ini lebih mentereng dibanding dalam negeri. Kedua, mereka yang memang mencari sistem untuk menunjang bidang studinya. Ketiga, karena di Indonesia belum ada universitas yang menawarkan subjek yang ingin dipelajari.

Alhasil, untuk mengasah kemampuan sebelum melancong belajar ke luar negeri, peserta didik harus memperdalam bahasa asing sesuai bidang yang ingin ditempuh. Salah satu negara dengan kemampuan pendidikan bahasa asing yang baik adalah di Singapura.

“Saya pernah belajar di Singapura dan di sana ada institusi regional untuk pembelajaran bahasa asing dengan mengambil guru dari berbagai negara.  Karena belajar bahasa asing sastra berbeda dengan belajar bahasa asing untuk studi, maka calon mahasiswa yang kuliah di luar negeri perlu memperdalam dulu kemampuan berbahasanya di Singapura,” ungkap Arief dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (11/2/2020).

Mantan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta ini juga membeberkan, alasan orang memilih studi keluar tidak tunggal. Faktor utama tidak melulu karena bidang studi atau mata kuliahnya saja, namun hal-hal lain yang bersifat sosial ekonomi.

“Di Singapura, masyarakatnya berkarakter pekerja keras karena ketatnya persaingan. Kalau tidak terlalu ahli, akan terlempar. Beda dengan Indonesia. Bisa jadi mereka memilih sekolah di Singapura karena faktor-faktor seperti ini,” jelas Arief.

Tatiana Gromenko, pendiri SGB, platform informasi tentang Singapura, mengatakan sejauh ini Singapura memang menjadi destinasi pendidikan favorit bagi calon-calon mahasiswa dari Indonesia. Faktor yang mendorong tingginya minat untuk belajar di negara tersebut selain karena kedekatan geografis juga karena kualitas kampusnya.

“Tentu di Indonesia banyak kampus-kampus yang berkualitas. Singapura bisa melengkapi bidang studi yang di Indonesia belum ada, sebagaimana warga Singapura juga bisa belajar di Indonesia untuk bidang-bidang yang memang tidak ada studi kasusnya di Singapura,” sambung Tatiana.

Tatiana mencontohkan bidang geologi, di Indonesia banyak gunung-gunung vulkanik yang bisa dijadikan objek penelitian. Sebaliknya, Singapura bisa menjadi referensi mahasiswa Indonesia untuk belajar tentang robotik yang memang sudah ada industrinya di sana.

Sehingga, kedua negara ini saling melengkapi, apalagi secara geografis sangat berdekatan. Dari sisi waktu dan biaya juga bisa lebih murah dibandingkan kuliah di Eropa.

“Apalagi Singapura juga termasuk 10 besar negara dengan sistem pendidikan terbaik dunia berdasarkan hasil survey Organization for Economic Co-operation and Development,” ungkapnya.

Tahun lalu, Singapura telah mengubah paradigma pendidikan dari berorientasi akademik menjadi berorientasi holistik, sehingga akan membawa perubaham mendasar yang signifikan untuk masa depan negara kota tersebut.

“Adanya kebijakan ini membuat siswa dan orang tua tidak lagi berkompetisi mengejar kesempurnaan akademis, namun lebih kepada interaksi sosial dan kompetensi dalam mengambil keputusan. Saya kira ini sangat menarik bagi mahasiwa negara lain untuk belajar di sini,” tutur Tatiana.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper