Bisnis.com, JAKARTA – Ada 'drama' menarik tersorot dalam agenda penyampaian pidato kenegaraan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (4/2/2020) waktu setempat.
Sesaat sebelum menyampaikan pidato kenegaraan di muka para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS, Trump tampak mengabaikan jabat tangan yang disodorkan Ketua DPR Nancy Pelosi.
Entah apa maksud Trump, apakah karena ia benar-benar tak melihat tangan yang disodorkan Pelosi atau ia memang sengaja tak mengacuhkannya. Yang jelas, pemandangan ini spontan menarik mata para hadirin termasuk media.
Pelosi tak bisa menyembunyikan raut mukanya yang tampak agak terkejut dan bingung. Sementara itu, Trump melengos untuk memulai pidatonya.
'Drama' antara dua tokoh sentral AS yang terkenal dengan perseteruannya ini belum berakhir sampai di situ. Sesaat setelah Trump menuntaskan pidatonya, Pelosi yang berdiri di mimbar belakang Trump merobek salinan pidatonya menjadi dua sebelum melemparkannya ke samping.
Kepada CNN, sebuah sumber yang diketahui dekat dengan Pelosi mengatakan bahwa perobekan salinan pidato itu tidak direncanakan dan bahwa Pelosi merasa gusar pada pidato yang disampaikan Trump.
Baca Juga
Meski masih belum jelas apakah Trump telah dengan sengaja mengabaikan jabat tangan Pelosi, momen tersebut semakin menyoroti ketegangan antara ia dan Pelosi yang telah meningkat pesat dalam beberapa bulan terakhir.
Di bawah kepemimpinan Pelosi, DPR, yang didominasi Demokrat, melancarkan investigasi atas tindak tanduk Trump terkait Ukraina. Puncaknya, pada Desember 2019, DPR menyetujui dua pasal pemakzulan (impeachment) terhadap Trump.
Seorang penasihat Trump mengatakan bahwa dengan mengabaikan jabat tangan yang disodorkan Pelosi, Trump kehilangan kesempatan untuk memulihkan suatu bangsa yang terpecah belah.
"Negara ini tampaknya sangat, sangat terpecah tetapi saya pikir Trump membuat kesalahan dengan tidak menjabat tangannya,” ungkap penasihat itu, seperti dilansir CNN.
Pada Selasa (4/2/2020), Pelosi mengonfirmasikan kepada CNN bahwa dia belum berbicara dengan Trump sejak suatu pertemuan di Gedung Putih pada Oktober.
Saat itu terjadi pembicaraan yang sengit terkait isu Suriah. Gedung Putih kemudian merilis foto Pelosi sedang berdiri dan menunjuk ke arah Trump yang sedang duduk di hadapannya.
Minimnya komunikasi antara Trump dan Pelosi selanjutnya sangat mencolok mengingat sederet peristiwa penting yang telah terjadi sejak saat itu, termasuk pembunuhan Jenderal Iran Qasem Soleimani dan pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Pada Minggu (2/2/2020), Trump mengatakan dia kemungkinan akan mengalami kesulitan bekerja sama dengan Demokrat setelah ia diperkirakan akan terlepas dari segala tudingan dan kisah impeachment terhadapnya.
“Saya ingin, tetapi agak sulit untuk memikirkannya. Saya melihat kebencian. Saya melihat mereka tidak peduli tentang keadilan, mereka tidak peduli tentang berbohong,” ujar Trump kepada Fox News.
"Anda melihat kebohongan, Anda melihat laporan yang dilakukan dan begitu salah. Tingkat kemunafikan. Saya tidak yakin mereka bisa melakukannya, jujur saja. Saya pikir mereka hanya ingin menang, tak peduli bagaimana caranya,” tambah Trump.
Trump menjadi presiden kedua dalam sejarah AS, setelah Bill Clinton, yang menyampaikan pidato kenegaraan dan menghadapi proses pemakzulan.
Terlepas dari proses pemakzulan dan persidangan di Senat yang belum berakhir, Trump memperoleh peringkat persetujuan tertinggi sepanjang masa jabatannya sejauh ini, menurut jajak pendapat Gallup yang baru dirilis.
Dikutip dari Business Insider, jajak pendapat itu menemukan sebanyak 49 persen warga Amerika menyetujui kinerja Trump, sementara 50 persen warga tidak setuju.