Bisnis.com, JAKARTA – Wabah virus corona (coronavirus) baru di China membebani prospek ekonomi Thailand yang didorong industri pariwisata. Bursa saham Thailand pun turun tajam pada perdagangan hari ini (Senin, 27/1/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks SE Thailand anjlok sekitar 3 persen, penurunan terbesar sejak 2016, dengan saham pariwisata berada di antara penekan utama pelemahannya.
Bersama indeks SET, nilai tukar baht Thailand melemah terhadap dolar AS di tengah tekanan yang dihadapi mata uang emerging market di Asia akibat kekhawatiran tentang dampak penularan virus ini.
Sebagai upaya guna membendung penyebaran virus tersebut, pemerintah China mulai memberlakukan larangan tur-tur kelompok wisata ke luar negeri.
Padahal, turis China dikenal tak pelit merogoh koceknya dalam berliburan. Pada 2019 saja, turis China menghabiskan hampir US$18 miliar di Thailand, seperti diungkapkan data pemerintah setempat.
Sementara itu, industri pariwisata secara keseluruhan berkontribusi 21 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Negeri Gajah Putih, menurut World Travel & Tourism Council.
Baca Juga
“Akan ada penurunan yang signifikan dalam jumlah turis China ke Thailand pada periode yang biasanya padat,” ujar Win Udomrachtavanich, Chairman Ktb Securities (Thailand) Pcl. di Bangkok.
“Investor akan menghindari saham-saham terkait pariwisata seperti Airports of Thailand Pcl. dan operator-operator hotel. Kinerja saham-saham ini kemungkinan akan di bawah kinerja pasar dalam kurang dalam tiga bulan ke depan,” tambah Win, seperti dilansir Bloomberg.
Saham operator bandara internasional di Thailand, Airports of Thailand, turun 5,9 persen, terbesar sejak 2016. Indeks ekuitas pariwisata negara ini pun jatuh ke level terendah dalam enam tahun.
Tak hanya pariwisata, saham perusahaan minyak juga berada di bawah tekanan sebagian karena risiko permintaan perjalanan yang lebih lesu. Harga saham Thai Oil Pcl merosot ke level terlemahnya sejak 2015.
Baik pariwisata dan ekspor sebelumnya sudah menghadapi tekanan dari lonjakan nilai tukar mata uang Thailand.
Pemerintah Thailand telah meluncurkan langkah-langkah stimulus senilai lebih dari US$10 miliar dalam beberapa bulan terakhir demi menopang perekonomian. Bank of Thailand memprediksi ekonomi Thailand akan berekspansi dengan laju terlemahnya dalam lima tahun pada 2019.
“Wabah virus corona adalah risiko. Apresiasi baht Thailand juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pariwisata. Kecil kemungkinan ini akan membantu ekonomi yang sudah melambat,” terang Tim Leelahaphan, ekonom Standard Chartered Bank di Bangkok, dalam sebuah catatan.
Sejauh ini, Thailand telah mengonfirmasikan delapan kasus terinfeksi virus corona baru. Lima di antaranya sudah dipulangkan dan sisanya masih dirawat di rumah sakit. Pejabat setempat juga mengungkapkan bahwa 48 orang tengah menjalani pemantauan atas kemungkinan terinfeksi.